Posts

ARAH KAMPANYE KESEHATAN

Agar bisa meningkatkan perilaku sehat (health behavior) masyarakat, seperti sudah sering dinyatakan, diperlukan kampanye kesehatan. Berbeda dengan promosi kesehatan, kampanye kesehatan senantiasa berkaitan dengan sebuah isu yang spesifik ( seperti kampanye anti aborsi, kampanye pemakaian kondom, kampanye anti rokok, kampanye jantung sehat, dan sebagainya) dalam jangka waktu tertentu (satu pekan, dua bulan, setahun, dan sebagainya). Itulah sebabnya rencana sebuah kampanye kesehatan lebih menitikberatkan persoalan taktik ketimbang isu. read more

Migrasi Internasional, Masalah Integrasi dan Jaminan Keamanan Pekerja

Perubahan-perubahan dramatis dalam bidang ekonomi dan politik di beberapa negara ASEAN khususnya telah menciptakan iklim “krisis” baru yang jauh lebih dahsyat dan lebih sensitif dari sebelumnya. Munculnya kegelisahan pekerja dan meningkatnya angka pengangguran sebagai konsekuensi kebijakan ekonomi dan politik baru merupakan “time boom” yang dapat meledak sewaktu-waktu. Kondisi ini ditambah lagi oleh “buruknya” kualitas kebijakan pemerintah yang justru makin membuatnya tidak legitimated dalam kondisi kehidupan nasional yang makin ambruk. read more

Saving, Wealth, and Population

The paper examines how changes in demographic variables that occur over the demographic transition affect saving and wealth, and consequently standards of living. The analysis supports the following conclusions:

First, the demand for material wealth relative to income, if met through savings rather than transfers, is much higher given a modern demographic, regime rather than a traditional one. The change reflects the impact of lower rates of childbearing and longer life-expectancy on household saving behaviour and the influences of population age structure on aggregate wealth and saving. Given widely accepted views about the impoortance of capital accumulation to development, an increase in the demand for wealth is accompanied by an increase in output per worker or per capita income. read more

Sistem Kekerasan dan Alternatif Nirkekerasan

Kekerasan adalah salah satu aspek dan bukannya seluruh aspek dari kebudayaan manusia, karena dalam kebudayaan manusia dikenal konsep yang sebaliknya, yaitu perdamaian. Kultur perdamaian ini pun dapat dikembalikan ke watak dasar manusia, karena di samping mempunyai bakat merusak, manusia juga mempunyai bakat mencintai. Ranah simbolik seperti yang dijelaskan tadi, seperti agama dan ideologi, bahasa dan seni, serta ilmu pengetahuan dapat menjadi pembenar terhadap perdamaian atau penolakan terhadap kekerasan. Sejarah peradaban manusia, dalam hal ini, sarat dengan pergumulan antara budaya kekerasan dan budaya perdamaian yang keduanya merupakan bakat dasar manusia. Pergumulan antara kultur kekerasan dan nirkekerasan acapkali dimenangkan oleh kultur kekerasan, karena adanya elemen struktural yang menopang tumbuhnya perilaku kekerasan. read more

SISTEM KEKERASAN DAN ALTERNATIF NIRKEKERASAN

Kekerasan adalah salah satu aspek dan bukannya seluruh aspek dari kebudayaan manusia, karena dalam kebudayaan manusia dikenal konsep yang sebaliknya, yaitu perdamaian. Kultur perdamaian ini pun dapat dikembalikan ke watak dasar manusia, karena di samping mempunyai bakat merusak, manusia juga mempunyai bakat mencintai. Ranah simbolik seperti yang dijelaskan tadi, seperti agama dan ideologi, bahasa dan seni, serta ilmu pengetahuan dapat menjadi pembenar terhadap perdamaian atau penolakan terhadap kekerasan. Sejarah peradaban manusia, dalam hal ini, sarat dengan pergumulan antara budaya kekerasan dan budaya perdamaian yang keduanya merupakan bakat dasar manusia. Pergumulan antara kultur kekerasan dan nirkekerasan acapkali dimenangkan oleh kultur kekerasan, karena adanya elemen struktural yang menopang tumbuhnya perilaku kekerasan. read more

The Effects of Expanding Access to Health Services on Adult Health Status

This paper documents the impact on adult health status of expansion in access to midwifery services. In the early 1990s the Government of Indonesia began the Village Midwife (Bidan Desa) program to train midwives and place them in villages and townships throughout Indonesia. We use data from the 1993 and 1997 rounds of the Indonesia Family Life Survey. Between 1993 and 1997, the fraction of IFLS communities with a Village Midwife more than quadrupled, increasing from 10% to almost 45%. The statistical models that we estimate address the issue of non-random placement of midwives by examining change in health status as a function of whether the community gained (or lost) a Village Midwife. We measure health status as Body Mass Index (BMI), which is a standard measure of adult nutritional status. Our results show that for women under 50, increases in BMI were significantly more likely among those who lived in communities that gained a Village Midwife. Gaining a village midwife appears to have had no impact on men’s health status or on the health status women over 50. Among women under 50, the largest effects of gaining a Village Midwife on BMI are observed for women in the lower quartile of the BMI distribution in 1993, for relatively younger women, and for women with relatively more education. In combination the results suggest that efforts of the Ministry of Health to rapidly expand access to midwifery services has had a pay off in terms of the health status of women of reproductive age.[] read more

MASKULINITAS: Posisi Laki-Laki dalam Masyarakat Patriarkis

Ada yang bilang bahwa Monumen Nasional (Monas) yang berdiri tegak di jantung kota metropolitan Jakarta adalah simbol kejantanan laki-laki. Perancang bangunan itu sendiri, Presiden I RI Soekarno, adalah sosok lelaki ideal dalam imajinasi orang jawa: lelalaning jagad yang sakti, tampan dan banyak istri, seperti arjuna, tokoh pandawa dalam cerita pewayangan, yang selelu menang disetiap medan perang, dan selalu memenangkan hati setiap dewi. Presiden II RI Soeharto, adalah juga gambaran ideal lelaki jawa. Soeharto hadir dalam 32 tahun pemerintahan Orde Baru bak raja diraja yang sangat berkuasa dan kaya raya. Dalam imajinasi orang jawa, lelaki ideal adalah yang memiliki benggol (uang) dan bonggol (kejantanan seksual). Lalu dimana posisi perempuan? Ia adalah milik laki-laki, sejajar dengan bondo (harta), griyo (istana), turonggo (kendaraan), kukilo (burung, binatang piaraan, bunyi-bunyian), dan pusoko (senjata, kesaktian). Penguasaan terhadap perempuan (wanito) adalah simbol kejantanan seorang lelaki. Sebaliknya, pada perempuan tidak ada independensi. Ketundukan, ketergantungan, dan kepasrahan perempuan atas laki-laki adalah gambaran kemuliaan hati seorang perempuan jawa. read more

PERAN MEDIA MASSA DALAM MEMPENGARUHI SIKAP TERHADAP KEIKUTSERTAAN BER-KELUARGA BERENCANA: Analisis Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007

Authors: Rohdiana Sumariati, Dewi H. Susilastuti, Agus Heruanto Hadna

Topics: media massa, sikap, keikutsertaan dalam program keluarga berencana

Article Title: PERAN MEDIA MASSA DALAM MEMPENGARUHI SIKAP TERHADAP KEIKUTSERTAAN BER-KELUARGA BERENCANA: Analisis Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007

Journal Title: Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi, Fakultas Farmasi UGM Vol. 3 NO. 1/Maret 2013

Publication Year: 2013

Language: Bahasa Indonesia

ISSN: 2088-8139

Sebagai upaya mendongkrak kembali isu program KB, BKKBN telah mengambil kebijakan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) sebagai upaya promosi dan penggerakan masyarakat dalam meningkatkan permintaan terhadap kontrasepsi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran media massa dalam mempengaruhi sikap terhadap keikutsertaan ber-KB. read more