TESTIMONI Tentang Prof. Dr. Agus Dwiyanto, M.P.A. (alm.) | Oleh: Muhadjir Darwin

03 Mei 2017 | admin
Berita PSKK, Main Slide, Media

TESTIMONI
Prof. Dr. Agus Dwiyanto, M.P.A. (alm.)
(Mantan Kepala Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan, Universitas Gadjah Mada)

Oleh: Muhadjir Darwin

“Para profesional di sektor publik dituntut untuk dapat merespons tantangan globalisasi, liberalisasi, dan demokratisasi dengan baik, salah satunya dengan mereformasi dan lembaganya agar mampu menjadi agen perubahan di dalam masyarakat.”

Pesan yang berbobot dan menggigit ini disampaikan almarhum terhadap anak didiknya, para administrator muda yang menempa ilmu dan keterampilannya di LAN, lembaga negara yang dia pimpin. Nasehat tersebut diucapkan almarhum berdasarkan bukan hanya ilmu yang dia pelajari, tetapi juga pengalamannya sebagai pemimpin di sejumlah unit Universitas Gadjah Mada, seperti di jurusan Administrasi Negara ketika menjadi kepala, di Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan ketika menjadi sekretaris dan kepala, dan di universitas ketika menjadi wakil rektor.

Pak Agus adalah sosok intelektual yang tekun, cerdas, inovatif, dan produktif, kepala kantor yang berwibawa dan inspiratif, dan sosok pribadi yang jujur, sholeh dan berkarakter. Almarhum adalah adik kelas saya di Fisipol UGM, kemudian menjadi adik kelas dan teman kelas saya dalam program S2 dan S3 di University of Southern California (USC). Tetapi, segera setelah pulang dari Amerika, dalam waktu yang tidak terlalu lama, dia telah menjadi atasan saya, baik di PSKK maupun di universitas, dan memiliki produktivitas dalam penulisan karya ilmiah yang tidak bisa saya kejar. Saya kagum dan bangga atas capaian-capaiannya.

Agus Dwiyanto masuk sebagai mahasiswa UGM pada tahun 1975. Tahun 1980 dia mendapatkan gelar sarjana pertamanya, Drs. Dua tahun setelah lulus S1 dan diangkat sebagai dosen di tempat dia belajar, ia menempuh pendidikan S2 di almamaternya, dan mendapat gelar Sarjana Utama pada 1984. Segera setelah itu, dia direkrut oleh Pak Sofian, dosen dan seniornya, menjadi asisten peneliti di lembaga yang ketika itu bernama Pusat Penellitian dan Studi Kependudukan (PPSK), dan yang ketika lahir bernama Lembaga Kependudukan. Satu tahun setelah itu, 1985, PPSK, dengan dana dari USAID yang disalurkan melalui BKKBN, mengirim Agus Dwiyanto ke Amerika untuk menempuh pendidikan S2 dan S3 di School of Public Administration, University of Southern California. Gelar MPA berhasil diraih pada 1987 dan Ph.D pada 1990.

Begitu pulang dari Amerika, Agus kembali mengajar di jurusannya dan direkrut oleh lembaga yang membawa dia sekolah ke Amerika, yaitu Pusat Penelitian dan Studi Kependudukan (PPSK), yang ketika itu telah berganti nama menjadi Pusat Penelitian Kependudukan (PPK). Satu tahun setelah itu, 1991, dia diangkat menjadi ketua jurusan di fakultasnya, yang saat itu bernama Jurusan Administrasi Negara, dan setahun berikutnya (1992) menjadi sekretaris (wakil) wakil kepala PPK. Hanya tiga tahun sebagai wakil kepala, tahun 1995 Agus diangkat menjadi kepala PPK. Karier ini dijalani selama 8 tahun, yaitu sampai tahun 2003. Satu tahun sebelum berhenti sebagai kepala PPK, yang ketika itu namanya sudah berubah menjadi Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK), Agus Dwiyanto diminta oleh seniornya, Sofian, untuk membantunya sebagai Wakil Rektor Bidang Kerjasama. Ketika menjabat sebagai wakil rektor tersebut, yaitu pada 2004, Agus meraih jabatan tertinggi di universitas, yaitu Profesor Bidang Manajemen dan Kebijakan Publik. Selesai menjabat sebagai wakil rektor, tahun 2007, Agus padat waktunya di Jakarta sebagai konsultan JICA dan JTZ. Karier di Jakarta berlanjut ketika pada tahun 2012 Agus diangkat sebagai Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN). Jabatan ini diemban selama tiga tahun. Tahun 2015, ketika Agus sudah lepas dari jabatannya sebagai pejabat publik, dan oleh dokter divonis usianya tinggal enam bulan karena penyakit kanker yang dideritanya, Agus menggunakan masa hidupnya yang tersisa secara maksimal untuk mengaktualisasikan pengalaman intelektual dan pengalaman praktisnya dengan menulis dua buku di bidang Administrasi Negara, dan diterbitkan oleh Gadjah Mada University Press, yaitu: Reformasi Birokrasi Kontekstual: Kembali ke Jalan yang Benar, dan Administrasi Publik: Desentralisasi, Kelembagaan dan ASN. Tuhan sangat baik, karena telah memberi tambahan umur 2 tahun, lebih panjang dari ramalan dokter, kepada hamba yang dikasihiNya tersebut, untuk menyelesaikan pengabdian ilmiahnya, menulis buku.

Muhadjir Darwin saat membacakan testimoni tentang Alm. Prof. Agus Dwiyanto, M.P.A. saat Peresmian Nama Auditorium dan Pojok Pustaka “Agus Dwiyanto”, Selasa (2/5).

Hari ini terjadi peristiwa bersejarah di gedung ini. Gedung ini dibangun 15 tahun yang lalu oleh almarhum, dan kemudian diberi nama Gedung Masri Singarimbun, untuk mengabadikan nama senior dan salah satu gurunya, Prof. Dr. Masri Singarimbun. Hari ini, auditorium lantai 2 Gedung Masri Singarimbun ini, kita berikan nama baru, dengan menggunakan nama dari salah seorang putra terbaik PSKK UGM dan murid terbaik dari Pak Masri dan Pak Sofian, yaitu Prof. Dr. Agus Dwiyanto, MPA.

Agus layak diabadikan sebagai nama dari auditorium ini karena beberapa alasan. Tanpa mengabaikan kontribusi luar biasa dari salah seorang tokoh yang juga punya kontribusi sangat besar, bahkan merupakan guru dari almarhum, yaitu Prof. Sofian Effendi, dan juga tanpa mengabaikan kontribusi dari sejumlah senior yang telah lama mendahului kita, seperti Prof. Ida Bagus Mantra, Prof. Kasto, dan Bapak Tukiran, M.A.

Ada beberapa hal yang menonjol dari Prof. Agus yang kemudian menjadi alasan untuk memberi nama auditorium dengan namanya:

  1. Agus pernah untuk waktu yang lama (8 tahun) mengepalai lembaga ini.
  2. Selama kepemimpinannya, banyak pembaruan yang telah dilakukan:
    a) Perluasan ruang minat studi dari kajian kependudukan, ke bidang yang lebih luas lagi, seperti Jender dan kesehatan reproduksi, Seksualitas, Pelayanan Publik, Desentralisasi dan Otonomi Daerah, serta Governance.
    b) Pergantian nama dari Pusat Penelitian Kependudukan (PPK) menjadi Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK), agar sesuai dengan luasnya minat dari lembaga yang dia pimpin.
    c) Mimpi dia untuk menjadikan PSKK sebagai sebagai center of excellence, yang salah satunya dengan mengembangkan PSKK sebagai research school yang berkarakter lintas-disiplin dan berbasis penelitian. Aktualisasi dari mimpi itu adalah ketika almarhum mendirikan Magister Studi Kebijakan yang sekarang berkembang menjadi Graduate School on Leadership and Policy Innovation.
    d) Memperkuat kualitas kelembagaan dari PSKK, dengan secara efisien melakukan manajemen terhadap keuangan proyek, yang salah satunya berhasil membangun Gedung Masri Singarimbun tanpa sepeserpun menggunakan dana APBN atau Dana Universitas. Tetapi, setelah jadi, diserahkan kepada UGM sebagai milik universitas.

Pak Agus, kau telah mendahului kami. Semasa hidupmu, engkau telah memberikan darma baktimu untuk membesarkan lembaga ini. Kau adalah sahabat kami, pemimpin kami, guru kami, sumber inspirasi kami. Darimu kami banyak belajar. Dan untukmu, kami tetap di sini meneruskan perjuanganmu membesarkan lembaga ini. Engkau tetap dan akan selalu melekat di hati kami. Sekarang ijinkan kami mengabadikan namamu sebagai nama dari ruang seminar atau auditorium ini agar kami semua dapat tetap mengenangmu. []