Penduduk Tetap Terkonsentrasi di Jawa pada 2035

11 Februari 2014 | admin
Media

Jakarta, KOMPAS – Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2035 diproyeksikan mencapai 305,6 juta. Sebanyak 54,75 persen tinggal di Jawa. Artinya, Jawa akan tetap menjadi pusat pertumbuhan dan motor penggerak ekonomi nasional.

“Persebaran penduduk Indonesia masih mengikuti pola jobs follow people (pekerjaan mengikuti penduduk), artinya investasi mendekati pasar,” kata Kepala Lembaga Demografi Universitas Indonesia Sonny Harry B. Harmadi di Jakarta, Jumat (7/2). Ia menyatakan hal itu terkait peluncuran Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035.

Terkumpulnya sebagian besar penduduk di Jawa membuat investor menjadikan Jawa sebagai basis industri. Selain pasar yang besar dan daya beli masyarakat tinggi, infrastrukturnya lebih baik dibandingkan pulau lain.

Karena industri masih terfokus di Jawa, penurunan persentase penduduk di Jawa berjalan lambat. Sebagai gambaran, pada 1961, sebanyak 64,95 persen penduduk Indonesia ada di Jawa. Pada 2010, hanya turun menjadi 57,49 persen.

Menurut Sonny, proyeksi penduduk adalah ramalan jumlah penduduk berdasarkan kecenderungan masa lalu dan masa kini untuk menatap masa depan. Karena itu, persentase penduduk di Jawa pada tahun 2035 dapat diturunkan jika pemerintah punya terobosan untuk menarik penduduk di Jawa untuk tinggal di luar Jawa. "Harus diciptakan kondisi agar people follow jobs (penduduk mengikuti pekerjaan),” katanya.

Pemerintah perlu menarik industri agar mau berinvestasi di luar Jawa. Perbaikan infrastruktur, kepastian hukum dalam kepemilikan lahan, dan ketersediaan sumber daya manusia berkualitas jadi kunci.

Kepala Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada, Agus Heruanto Hadna mengingatkan perlunya mengaitkan desain kependudukan dengan Rencana Induk Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) untuk mendorong migrasi penduduk ke luar Jawa.

Manusia adalah faktor utama pembangunan ekonomi. MP3EI seharusnya menerjemahkan rencana pembangunan ekonomi berdasarkan sumber daya yang dimiliki setiap wilayah dengan kualifikasi kependudukan yang dibutuhkan.

“Persoalannya, hingga kini kompetensi yang dihasilkan sistem pendidikan di Indonesia belum bisa dikaitkan dengan kebutuhan pasar,” ujarnya. Wajar jika industri terus mengeluh, kualifikasi tenaga kerja yang mereka terima tidak sesuai dengan kompetensi yang diinginkan.

Hadna menambahkan, masih terkonsentrasinya penduduk di Jawa hingga 2035 menunjukkan belum bergesernya cara pandang pemerintah pusat dan daerah terhadap persoalan kependudukan. Setali tiga uang, paradigma partai politik pun tak berubah.

Rendahnya penyebaran penduduk ke luar Jawa akan membuat beban Jawa kian berat. Pada 2010, Jawa sudah disesaki 137 juta orang. pada 2035, jumlahnya melonjak jadi 167,3 juta orang.

“Dengan penduduk sekarang, daya dukung lingkungan Jawa sudah sangat rendah. Apalagi, jika jumlah penduduk makin besar,” kata Sonny.

Dampaknya, bencana akan semakin sering terjadi. Kurangnya kesadaran terhadap bencana dan rendahnya upaya untuk meningkatkan daya dukung lingkungan akan memperparah dampak bencana yang terjadi. (MZW)

*Artikel di Kompas, Sabtu 8 Februari 2014 | Sumber Foto: Antara