Menggugat Budaya Patriarki

24 July 2012 - 08:30:00 | admin

Perbedaan peran gender yang ada di Indonesia merupakan masalah ketidakadilan sosial yang menempatkan perempuan sebagai korban utamanya. Hal ini terjadi bukan hanya karena masalah antarindividu, akan tetapi merupakan proses konstruksi sosial. Dengan berbagai cara, perbedaan peran gender dikondisikan oleh tatanan masyarakat Indonesia yang patriarkhis. Perlawanan kaum feminis terhadap kultur patriarkhis dapat disejajarkan dengan perjuangan orang kulit hitam melawan kebijakan Apartheid di Amerika Serikat dan Afrika Selatan. Ketika itu, perjuangan menuntut kesamaan hak tidak hanya didukung oleh orang kulit hitam yang merasa diperlakukan secara diskriminatif oleh bangsa kulit putih, tetapi juga oleh sejumlah tokoh kulit putih yang sadar bahwa sikap diskriminatif seperti itu tidak manusiawi dan tidak adil.

Saat ini perjuangan ke arah keseteraan gender tidak hanya dilakukan oleh kaum perempuan feminis, tetapi banyak didukung oleh kaum laki-laki profeminis. Perjuangan ini memang bukan merupakan perang antara perempuan dan laki-laki, tetapi merupakan perbenturan wacana, antara wacana hegemoni dengan wacana kesetaraan. Tidak semua laki-laki berpihak pada wacana hegemoni, seperti juga tidak semua perempuan berpihak pada wacana kesetaraan. Dengan begitu objek perlawanan di sini bukanlah laki-laki, tetapi kultur patriarkhi yang secara umum telah terkonstruktisi baik pada diri laki-laki maupun perempuan. Usaha untuk meruntuhkan struktur patriarkhis dapat dilakukan melalu transformasi sosial, yaitu perombakan struktur sosial yang ada sekarang ini. Sayangnya perjuangan ke arah kesetaraan gender masih menjadi wacana di kalangan akademis dan organisasi sosial pemerhati masalah perempuan. Untuk itu perlu segera dilakukan upaya memerangi ketidakadilan sosial berdasar identitas gender ini.

Kata Kunci: Kesetaraan, Patriarkhis, Gender