KEPERCAYAAN PUBLIK: Masihkan Menjadi Modal Sosial Kita?

17 January 2007 - 14:01:10 | admin

Temuan GAS 2006 ini menunjukan bahwa kita sedang menghadapi krisis kepercayaan publik yang sangat kompleks dan multisektoral. Warga dan pemangku kepentingan bukan hanya kehilangan kepercayaan terhadap pemerintahnya tetapi juga terhadap lembaga-lembaga politik dan sosial lainnya. Krisis kepercayaan ini terkait dengan kegagalan pemerintah dan lembaga-lembaga lainnya dalam memenuhi harapan masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan publik. Krisis kepercayaan publik juga berhubungan dengan persepsi publik tentang insiden korupsi di berbagai lembaga tersebut. Mengapa lembaga-lembaga penegak hukum seperti kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan memiliki tingkat kepercayaan yang rendah dari masyarakat? GAS 2006 membuktikan bahwa rendahnya kepercayaan publik itu bersinggungan secara konsisten dengan persepsi publik tentang insiden korupsi di lembaga-lembaga tersebut.

Kepercayaan publik juga berhubungan jarak baik fisik ataupun non fisik, seperti jarak intelektual dan emosional. GAS 2006 mengisyaratkan bahwa jarak intelektual, emosional, dan kejiwaan yang terjadi karena adanya disengagement warga dan pemangku kepentingan dalam proses kebijakan di daerah, sebagaimana ditunjukkan dengan rendahnya partisipasi dan transparansi proses kebijakan di daerah, secara konsisten berhubungan dengan tingkat kepercayaan publik. Padahal kepercayaan dan sosial engagement adalah bagian dari modal sosial yang penting untuk dipelihara. Fenomena ini menggelitik kita untuk bertanya apakah kepercayaan publik masih menjadi modal sosial atau sebaliknya, rendahnya kepercayaan publik jika tidak segera dicarikan solusinya dapat menjadi awal dari kebangkrutan sosial kita sebagai bangsa.


*Klik untuk mengunduh makalah: Seminar Bulanan S.345 – Agus Dwiyanto | 17 Januari 2007