NEGARA DAN PEREMPUAN: Makna Hidup dan Perjuangan Kartini untuk Bangsa

18 April 2002 - 18:43:59 | admin

Presentasi ini disampaikan dalam rangka memperingati Hari Kartini, 21 April 2002. Tujuannya adalah untuk melakukan refleksi terhadap peran yang diberikan Kartini untuk bangsa ini. Refleksi ini penting karena beberapa hal. Pertama, Kartini adalah simbol perlawanan terhadap kultur dan struktur sosial yang memarginalkan perempuan. Perlawanan seperti ini masih terasa relevansinya karena hingga sekarang perempuan belum sepenuhnya terbebas dari diskriminasi, eksploitasi, dan kekerasan.

Makna perlawanan seperti ini kurang tampak pada setiap peringatan Hari Kartini. Perayaan seperti ini justru cenderung sarat dengan simbol-simbol yang berlawanan dengan nilai yang diperjuangkan Kartini (misalnya, penampilan perempuan berkebaya atau bersanggul, lomba masak dan sebagainya yang merupakan simbol domestikisasi perempuan). Kesempatan memperingati Hari Kartini sekarang ini dapat dijadikan sebagai momentum untuk memperbaiki persepsi masyarakat tentang peran pembebasan dari Kartini, dan pada gilirannya dapat merevitalisasi perjuangan perempuan untuk membangun masyarakat yang berkeadilan gender.

Kedua, saat ini kita berada pada titik simpang yang dapat membawa perubahan ke dua arah yang berlawanan. Hingga sekarang kita masih menyaksikan adanya arus perjuangan menuju kesetaraan gender, seperti yang secara resmi telah diadopsi oleh negara dan secara proaktif diperjuangkan oleh para aktivis perempuan. Arus ini belum bergerak sempurna. Komitmen negara terhadap kesetaraan dan keadilan gender dan pemberdayaan perempuan belum paripurna. Negara dan kekuatan pro-perempuan di masyarakat juga belum mampu mengatasi banyak masalah yang dihadapi perempuan, seperti pemerkosaan dan bentuk-bentuk kekerasan serta pelecehan seksual lainnya, perdagangan perempuan, diskriminasi terhadap perempuan di tempat kerja, dan sebagainya. Namun di tengah keprihatinan untuk merevitalisasi gerakan pro perempuan, akhir-akhir ini muncul arus sebaliknya yang berlawanan dengan konsep kesetaraan gender, yang jika hal ini dibiarkan berlangsung akan dapat mementahkan nilai-nilai yang diperjuangkan Kartini. Sebagai contoh adalah bangkitnya wacana poligami dan praktek poligami oleh sejumlah elit politik dan elit masyarakat.

Ketiga, terdapat juga polemik di masyarakat, menyangkut peran Kartini dalam sejarah perjuangan perempuan pada khususnya dan sejarah perjuangan bangsa pada umumnya. Dalam makalah ini akan dibahas kembali peran Kartini dalam sejarah bangsa, dan implikasi dari peran yang dimainkan terhadap kemajuan perempuan Indonesia baik sebelum kemerdekaan, pada masa pemerintahan Soekarno, Soeharto, dan pemerintahan pasca-reformasi 1997. Dari sini akan dilihat apakah kita berada pada situasi yang lebih maju seperti yang dicita-citakan Kartini, atau kita tengah dalam proses kembali ke situasi sebelum Kartini.


*Klik untuk mengunduh makalah: Seminar Bulanan S.310 – Anna Marie Wattie | 18 April 2002