Yogyakarta, PSKK UGM – Selama dua bulan, yakni mulai Agustus sampai September 2013, Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada melakukan kajian pemetaan sosial atau social mapping. Kajian yang dilakukan di Desa Kedung Sari, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta ini menggunakan pendekatan partisipatif. Tujuannya, agar mampu menyerap informasi dari masyarakat secara komprehensif dan mendalam.
Ada beberapa poin utama yang diidentifikasi dalam kajian ini. Salah satunya adalah indentifikasi terhadap masalah sosial ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat seperti pendapatan keluarga, ketenagakerjaan, kesehatan, pendidikan, perumahan, dan kemiskinan. Lalu ada identifikasi terhadap potensi ekonomi untuk melihat apa saja sumber daya lokal yang bermanfaat bagi pengembangan kegiatan ekonomi misalnya, potensi alam, potensi sumber daya manusia, hingga fasilitas fisik atau infrastruktur. Berikutnya ada identifikasi terhadap modal sosial, program pemberdayaan serta aktor-aktor yang berpengaruh hingga persepsi program pemberdayaan yang sesuai.
Semua data dan informasi yang dikumpulkan ini berguna untuk menjadi input atau masukan dalam penyusunan program CSR (corporate social responsibility) atau tanggung jawab sosial perusahaan bagi PT. Pertamina (Persero). “Iya jadi PSKK UGM dan Pertamina memiliki sebuah pekerjaan bersama, yakni melakukan social mapping untuk program pemberdayaan masyarakat di Kedungsari. Pada tahap kegiatan ini kita akan melihat apa saja kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang akan terdampak dari jalur-jalur pipa perusahaan,” ujar Sri Purwatiningsih, S.Si., M.Kes., Peneliti PSKK UGM.
Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan dua cara, yakni kuantitatif serta kualitatif. Untuk mengawali kajiannya, PSKK UGM melakukan survei rumah tangga. Di Desa Kedung Sari terdapat delapan dusun dan di masing-masing dusun tersebut akan dipilih 50 rumah tangga secara acak. Oleh karena itu, jumlah keseluruhannya ada 400 rumah tangga yang disurvei. Usai itu, juga dilakukan wawancara mendalam dengan berbagai pihak baik di level desa seperti kepala desa, kepala dusun, tokoh masyarakat, maupun di level kabupaten, seperti para pejabat instansi pemerintah.
Sri menambahkan, metode FGD (focus group discussion) juga dilakukan namun setelah survei maupun wawancara mendalam selesai dilakukan. FGD merupakan forum diskusi sekaligus media pengumpulan data yang cukup efektif selama ini. Rencananya, FGD yang difasilitasi oleh peneliti PSKK UGM ini akan dilakukan sebanyak delapan kali sesuai dengan jumlah dusun di Desa Kedung Sari.
Pertamina sendiri sebenarnya sudah cukup banyak menjalankan berbagai program CSR terutama dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Meski sebenarnya sejak awal berdiri, perusahaan ini pun telah banyak memberikan kontribusi bagi masyarakat. Terakhir, Pertamina menjalankan program CSR, yakni menanam 129 ribu pohon di Kawasan Gunung Marapi dan Danau Singkarak, Tanah Datar, Sumatera Barat sebagai komitmennya dalam bidang pelestarian lingkungan.
Dalam membuat dan menjalankan program-program CSR, Pertamina memegang beberapa kriteria, yakni saling memberikan manfaat (fair shared value), berkelanjutan, mengutamakan penerima manfaat di sekitar wilayah operasional perusahaan dan yang terdampak, mendukung PROPER dalam pengelolaan lingkungan hidup, serta dikomunikasikan dengan sosialisasi dan publikasi yang efektif. Kriteria-kriteria ini juga menjadi acuan PSKK UGM dalam menjalin kemitraan dengan Pertamina khususnya terkait program CSR.
Sejak 2003, PSKK UGM sudah memulai kajian mengenai CSR. Sejak saat itu pula, PSKK UGM telah banyak melakukan kerja sama dengan United Nations Development Program (UNDP), BUMN, serta perusahaan-perusahaan swasta lainnya. Bentuk-bentuk kerja sama itu, antara lain menyelenggarakan penelitian evaluasi program CSR, pengembangan program CSR, pendampingan program CSR, lokakarja, serta pelatihan program CSR. [] Media Center PSKK UGM.
(sumber foto: setyowirawan.web.ugm.ac.id)