Yogyakarta, PSKK UGM — Di Indonesia, energi migas masih menjadi andalan utama bagi perekonomian bangsa baik sebagai penghasil devisa maupun sebagai pemasok kebutuhan energi dalam negeri. Seperti yang dilansir dari situs berita Tempo (19/5), Presiden Indonesia Petroleum Asociation (IPA), Lukman Mahfoedz mengatakan, sepanjang 2012, industri migas di Indonesia menjadi penyumbang pendapatan negara sebesar 35 miliar US Dollar.
Di lain sisi, pembangunan prasarana dan industri yang sedang giat membuat pertumbuhan konsumsi energi rata-rata mencapai tujuh persen dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Pertumbuhan ini bahkan melebihi rata-rata kebutuhan energi global. Tak heran, pemerintah menaruh perhatian serius terhadap sektor industri dan pertambangan karena mampu jadi daya ungkit pertumbuhan ekonomi negara secara signifikan.
Seperti dua sisi mata uang, pembangunan sektor industri dan pertambangan migas tidak selalu memberikan dampak positif, tetapi juga ada konsekuensi negatif. Konsekuensi negatif itu tidak selalu disadari, dan tidak selalu tampak ke permukaan. Namun demikian, apabila tidak dikelola dan di mitigasi sejak awal, maka sangat mungkin kegiatan proyek akan terganggu atau bahkan terhenti. Apabila hal ini terjadi, sudah bisa dibayangkan kerugian materialnya. Untuk itu, penting bagi perusahaan eksplorasi dan eksploitasi migas untuk mengedepankan prinsip pembangunan berkelanjutan sebagai dasar bagi terwujudnya kesejahteraan yang adil bagi seluruh lapisan masyarakat, terutama yang tinggal di wilayah sekitar lokasi beroperasinya perusahaan.
Manajer Penelitian dan Publikasi Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM, Dr. Setiadi mengatakan, persiapan yang komprehensif sebelum melakukan operasional perusahaan sangat penting dilakukan. Bukan hanya soal kesiapan teknis, namun jauh lebih penting dari itu adalah kesiapan nonteknis, yakni pemahaman yang cukup atas aspek sosial-budaya masyarakat, termasuk di dalamnya pemahaman tentang bagaimana relasi masyarakat dan perusahaan harus diciptakan, bagaimana pengalaman perusahaan lain berhubungan dengan masyarakat setempat, dan pemahaman tentang kebutuhan masyarakat termasuk berbagai kebutuhan program sosial-ekonomi.
Setidaknya ada tiga hal penting terkait perlunya pemahaman yang komprehensif tentang masyarakat lokal sebagai bagian integratif dari aktivitas industri migas. Pertama, perlunya membangun hubungan timbal balik positif antara perusahaan dengan para pemangku kepentingan terkait (stakeholder). Kedua, perlunya mengetahui dinamika masyarakat setempat berdasarkan struktur budaya, sosial, ekonomi, dan demografisnya. Ketiga, perlunya mengidentifikasi potensi konflik berupa dampak negatif yang mungkin diterima oleh masyarakat setempat akibat operasionalisasi perusahaan serta program alternatif bagi mitigasi.
“Artinya, melalui sebuah riset yang komprehensif maka perusahaan telah melakukan langkah strategis untuk menghindari dan mengurangi dampak negatif serta menimbang antara peluang dan tantangan untuk pengembangan daerah setempat. Pada akhirnya, proyek dirancang tidak sekedar proyek fisik, tetapi harus menjadikan masyarakat sebagai bagian penting dari berjalannya proyek. Penting pula bagi perusahaan untuk menaruh perhatian besar terhadap kepentingan masyarakat bagi pembangunan secara umum dan pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar,” kata Setiadi.
Terkait itu, tim peneliti PSKK UGM akan melakukan sebuah studi atau kajian komprehensif tentang bagaimana perusahaan migas telah beroperasi, bagaimana program-program sosial-ekonomi dilaksanakan, bagaimana hubungan perusahaan dengan masyarakat sekitar, khususnya terkait dengan penggunaan lahan masyarakat, dampak sosial, ekonomi, dan kultural di sekitar industri migas. Penelitian ini akan dilakukan di Kecamatan Samboja dan Kecamatan Muara Jawa, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Pada rencana kegiatan lapangan, ada dua jenis pendekatan penelitian yang digunakan, yakni kualitatif dan kuantitatif.
Dijelaskan oleh Dr. Setiadi (sebagai PI riset), dalam rangka menyusun sebuah rekomendasi bagi program sosial bagi pengembangan masyarakat sekitar proyek, tim PSKK akan mengkaji empat aspek penting antara lain: (1) kajian program dan Project Digest, (2) analisis pemangku kepentingan atau stakeholder mapping, (3) studi kasus peran masyarakat dalam pengelolaan program CSR, khususnya pengelolaan sampah rumah tangga, dan (4) indentifikasi dan pendataan kepemilikan lahan. Sementara pada penelitian kuantitatif, tim peneliti akan mencari data-data demografi, sosial, dan ekonomi yang lengkap.
Menurut Setiadi, data riset tidak hanya memberikan gambaran umum tentang profil demografi, sosial, dan ekonomi masyarakat sekitar. Lebih jauh, data juga memberikan gambaran bagaimana masyarakat lokal dapat terlibat dalam proses implementasi program secara partisipatif. Partisipasi masyarakat sangatlah signifikan dalam kegiatan perusahaan karena berdampak pada berkurangnya angka pengangguran, perbaikan taraf hidup, dan yang lebih utama adalah kesadaran untuk memiliki dan menjaga.
Selain mengumpulkan data sekunder, tim juga akan melakukan survei rumah tangga dengan sampling yang diambil secara acak atau random di enam kelurahan. Total responden yang akan diwawancarai lebih kurang 300 kepala rumah tangga guna mendapatkan profil demografi, sosial, kesehatan, pendidikan, ekonomi, serta budaya dan kemasyarakatan. Sementara untuk mengetahui profil keberadaan sarana dan prasarana, tim menggunakan instrumen check list untuk data di tingkat kelurahan. Pada dasarnya kegiatan yang sama pernah dilakukan tim PSKK di beberapa wilayah sekitar industri migas di Indonesia. [] Media Center PSKK UGM | Ilustrasi pipa gas/energitoday.com