Yogyakarta, PSKK UGM – Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Yogyakarta bekerjasama dengan Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada kembali melakukan kegiatan Penjaringan Aspirasi Masyarakat (Jaring Asmara). Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi, khususnya dalam penyusunan prioritas kegiatan pembangunan untuk lima tahun ke depan.
Partisipasi dan keterlibatan masyarakat bisa berupa ide, pendapat, kritik maupun saran. Masukan dari masyarakat ini selanjutnya menjadi salah satu materi bagi Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2017-2021.
Peneliti PSKK UGM, Triyastuti Setianingrum, M.Sc. menyampaikan, melihat perkembangan aktivitas produktif masyarakat pada beberapa tahun terakhir, ada lima isu strategis yang disoroti dalam kegiatan ini. Kelima isu tersebut, antara lain pendidikan, pariwisata, kesehatan, ekonomi kerakyatan, dan pembangunan kewilayahan.
“Ini penting untuk ditempuh agar penjaringan aspirasi masyarakat bisa berujung pada informasi dasar kebijakan yang terarah, sekaligus menjadi solusi atau problem solving atas perkembangan situasi terakhir Kota Yogyakarta,” kata Tyas.
Diakui, Kota Yogyakarta mengalami transformasi yang sangat pesat. Pembangunan hotel misalnya, menurut data Dinas Perijinan Kota Yogyakarta, ada 104 hotel yang telah mendaftar sebelum moratorium pembangunan hotel diberlakukan. Kemudian, 80 hotel masih dalam proses pembangunan dan 24 hotel dalam proses melengkapi persyaratan. Keberadaan hotel ini mulai membuat gusar masyarakat. Bukan hanya karena dampak lingkungan yang diterima, seperti keringnya sumur warga di Kampung Miliran, namun juga dampak perekonomiannya.
Tyas kembali mengatakan, kegiatan Jaring Asmara akan melihat persoalan keberadaan hotel dan pengaruhnya terhadap perekonomian masyarakat. Menjamurnya mini market pun demikian, akan dilihat bagaimana pengaruhnya terhadap industri kecil di Kota Yogyakarta. Masukan dan harapan masyarakat tentang pengembangan ekonomi lokal kemudian menjadi hal yang harus diperhatikan bersama.
Sementara untuk isu pariwisata, aspek pengembangan pariwisata akan dilihat, berikut harapan masyarakat terhadapnya. Dalam bidang ini pula, persepsi masyarakat akan dana keistimewaan di Kota Yogyakarta juga dilihat. Aspirasi dan usulan masyarakat tak lain adalah untuk perbaikan pengembangan pariwisata khususnya aspek budaya di masa mendatang.
Untuk isu pembangunan kewilayahan, kegiatan Jaring Asmara masih akan melihat persoalan relokasi atau resettlement di tepi sungai.
“Kami akan mencari tahu apa harapan masyarakat terhadap resettlement untuk kawasan tepi sungai maupun yang tidak laik huni. Responden diambil secara acak di beberapa kecamatan, khususnya yang dekat dengan kawasan Sungai Code, Sungai Winongo, dan Sungai Gajah Wong,” jelas Tyas.
Kegiatan Penjaringan Aspirasi Masyarakat Tahun 2015 akan dilakukan lebih kurang selama lima bulan. Dengan memadukan pendekatan kuantitatif (survei) dan kualitatif (kajian data sekunder dan kelompok diskusi terarah atau FGD) diharapkan akan memperoleh data yang lebih representatif dalam menganalisis masukan dari masyarakat terkait perencanaan pembangunan.
Adapun responden yang dipilih dalam kegiatan ini berasal dari beberapa pihak. Misalnya, perwakilan dari RW di Kota Yogyakarta, perwakilan perempuan dan pemuda di setiap kelurahan, maupun perwakilan dari pelaku sektor pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan pariwisata. Untuk pelaku di sektor pendidikan melibatkan Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Pertanian, dan para pengurus Balai Latihan Kerja. Di sektor kesehatan melibatkan bidan, dokter, dan kader atau pengurus posyandu, sedangkan di sektor ekonomi, antara lain pemilik usaha atau warung. Sementara di sektor pariwisata melibatkan asosiasi hotel, paguyuban pemandu wisata (travel guide), dan agen perjalanan wisata. [] Media Center PSKK UGM | Photo kawasan pemukiman di sekitar Sungai Code/inijogja.co.id