TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN – Peneliti dari School of Humanities and Social Science – The University of South Wales Australia, Nico Warouw PhD mengungkapkan bahwa penelitian tentang buruh di Indonesia masih sangat minim.
Kalau pun ada, penelitian dominan mengangkat tentang ketidakadilan ekonomi dan hubungan antara buruh dengan industri. Menurutnya penelitian tentang keberadaan buruh di tengah masyarakat dan komunitas masih sangat jarang dilakukan.
Hal itu disampaikan Nico Warouw saat menjadi pembicara dalam Seminar Kajian Perburuhan Indonesia: Survei Literatur dan Agenda Penelitian yang berlangsung di Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) Universitas Gadjah Mada, Rabu (13/5/2015).
Nico sendiri meneliti buruh yang ada di Banten dan Pekalongan. Dari penelitian tersebut didapatkan temuan bahwa ada peningkatan kehidupan ekonomi dan status sosial buruh di tengah masyarakat.
“Ada kebanggan dari para buruh dari pekerjaan yang mereka tekuni,” ujarnya.
Di Cilegon sebagai sebagai kawasan industri berat, menurut Nico menjadikan buruh yang bekerja di pabrik merasa senang dan bangga.
Hal ini lantaran mereka bisa mendapatkan pekerjaan layak sehingga bisa mengubah kehidupan ekonomi menjadi lebih baik.
“Meski tinggal di kampung kumuh, tapi dari tahun ke tahun kehidupan ekonomi mereka meningkat. Belakangan mereka bisa KPR. Ada pencapaian yang mereka dapatkan,” paparnya.
Bahkan di Pekalongan, kata Nico, umumnya buruh menganggap mereka lebih sejahtera dari sebelumnya.
“Bukan ketimpangan di pabrik yang jadi soal, tapi gaji yang mereka terima sudah lebih baik dibanding dengan profesi lain di lingkungan tempat tinggalnya,” katanya.
Penelitian yang dilakukan sejak tahun 2000 ini, kata Nico, sengaja melakukan survei di dua tempat tersebut sebagai lokasi yang notabene dalam beberapa waktu terakhir berubah dari agraris menjadi kota industri.
Kendati ada peningkatan dari sisi ekonomi, namun Nico masih menyayangkan organisasi serikat buruh masih belum melibatkan para pekerja kontrak sebagai anggota organisasi. Di mana seharusnya hak mereka untuk menjadi pegawai tetap layak untuk diperjuangkan.
Nico dalam kesempatan itu mengajak akademisi untuk melakukan penelitian tentang kehidupan buruh di Indonesia dalam kontek yang lebih luas. Penelitian bukan hanya untuk kepentingan akademik tapi mampu mengidentifikasi kehidupan pekerja Indonesia dibandingkan dengan pekerja di negara lain.
“Penelitian tersebut diharapkan bisa berkontribusi dalam memahami persoalan kotemporer yang berkaitan dengan buruh,” pungkasnya. (tribunjogja.com)
*Sumber: Tribun Jogja [dot] com | Ilustrasi pekerja pabrik/Istimewa