Metrotvnews.com, Jakarta: Kesiapan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 sedikit dikhawatirkan. Indonesia pun dinilai gamang karena pemerintah belum memiliki perencanaan yang fokus dalam merespons MEA 2015.
Menurut Peneliti Senior Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada, Sukamdi, kondisi antarnegara di wilayah ASEAN tidaklah sama. Selain perbedaan tingkat pendapatan negara, ada juga perbedaan jumlah angkatan kerja produktif di masing-masing negara.
Dia menambahkan, ada negara yang defisit tenaga kerja sehingga menjadi negara penerima pekerja migran, ada pula yang surplus dan menjadi negara pengirim tenaga kerja.
"Pengalaman yang pernah dihadapi oleh Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) perlu menjadi pelajaran bagi ASEAN. Di satu pihak memang ada dampak positif secara ekonomi bagi negara-negara Eropa, tetapi ini juga menimbulkan multi persoalan, salah satunya migrasi internasional," kata Sukamdi, dalam siaran persnya, Jumat (1/5/2015).
Sukamdi membeberkan, Uni Eropa sudah lebih dahulu menerapkan prinsip kebebasan bergerak bagi modal, barang, dan jasa. Sektor ketenagakerjaannya pun demikian. Para pekerja bebas bergerak lintas negara-negara anggota UE tanpa ada hambatan untuk tinggal dan bekerja.
"Perkembangannya, situasi ini banyak dimanfaatkan pula oleh pekerja dari luar UE seperti Afrika, Asia, dan Eropa Timur. Kemudahan mobilitas penduduk ini belum disertai aturan-aturan tambahan sehingga arus imigran tidak terkontrol," lanjut dia.
Saat ini, tambah dia, ASEAN hendak menerapkan prinsip yang sama. Untuk mendukung hal itu, disusunlah kesepakatan saling pengakuan terhadap kualifikasi tenaga kerja profesional dalam Mutual Recognition Arrangements (MRA).
Sejak 2005 sudah ada delapan sektor pekerjaan yang disepakati, antara lain engineering services, nurshing services, architectural services, surveying qualification, tourism, accountancy services, medical practitioners, dan dental practitioners. Tenaga kerja profesional yang memiliki keahlian di bidang ini bisa secara bebas masuk ke negara-negara anggota ASEAN lainnya.
"Indonesia dihadapkan pada pasar tenaga kerja yang luas. Permintaan (demand) tenaga kerja profesional dan terampil di ASEAN tinggi. Sebagai salah satu negara pengirim tenaga kerja, Indonesia jelas memiliki kesempatan yang besar. Namun, benarkah ini sebagai sebuah kesempatan?" pungkas dia. [] Ade Hapsari Lestarini
*Sumber: Metrotvnews.com | Photo buruh pabrik/umkmnews.com