PRESIDEN Joko Widodo, awal pekan ini, mengobarkan semangat para pengusaha muda Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Dia menggelorakan spirit itu saat berpidato pada pembukaan Musyawarah Nasional XV Himpunan Pengusaha Muda Indonesia di Bandung, Jawa Barat.
Presiden Joko Widodo yang populer disapa Jokowi meminta pengusaha muda Indonesia agar jangan pernah takut menghadapi era terbukanya pasar di Asia Tenggara.
Jokowi antara lain mendasarkan seruan itu dari pertemuan dengan para pemimpin negara dan pemerintahan di ASEAN. Para pemimpin dari negara tetangga tersebut ternyata juga mengungkapkan ketakutan terhadap akan berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Ketakutan atau kekhawatiran tersebut muncul karena saat ini semua negara sebenarnya masih saling meraba. Semua masih saling menerka kondisi yang akan terjadi sebagai konsekuensi berlakunya MEA pada awal 2016 mendatang.
Alur pemikiran Jokowi adalah kalau semua takut artinya, ya, Indonesia tidak boleh takut. Apalagi Indonesia ternyata juga ditakuti negara-negara tetangga. Mereka pun khawatir para pengusaha Indonesia akan menyerbu ke sana.
”Apalagi kalau yang menyerbu Hipmi (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia). Soalnya yang suka menyerbu itu, kan, biasanya yang muda. Begitu dibuka, larinya paling kencang,” kata Jokowi. Ratusan pengusaha dan hadirin tertawa mendengar kalimat tersebut.
Tawa berlanjut ketika Jokowi menyinggung salah satu ciri pengusaha muda. ”Yang muda itu keberanian menyerbu didahulukan, hitung-hitungannya belakangan. Saya tahu. Saya, kan, juga mengalami,” kata Jokowi yang berlatar pengusaha tersebut.
Melalui gaya penyampaian yang akrab, Jokowi menguatkan para pengusaha muda agar tidak grogi. ”Enggak apa-apa. Jatuh, ya, bangun lagi. Jatuh lagi, ya bangun lagi,” kata Jokowi di depan Munas Hipmi yang mengusung tema ”Pengusaha Muda Nasional Menjawab Tantangan Global” tersebut.
Selain berpesan agar jangan takut, Jokowi tetap meminta semua pihak bersiap diri. Kesiapan seluruh pemangku kepentingan mutlak diperlukan agar pengusaha Indonesia mampu mengamankan pasar dalam negeri dan mengisi pasar ASEAN.
Pesan agar bersiap diri ini relevan ketika mencermati data perdagangan Indonesia dengan negara-negara ASEAN. Hingga setahun sebelum MEA berlaku, Indonesia ternyata masih mencatatkan defisit perdagangan dengan ASEAN.
Merujuk data Badan Pusat Statistik, ekspor Indonesia ke ASEAN pada periode Januari-November 2014 sebesar 26,424 miliar dollar AS atau turun 3,93 persen dibanding periode sama 2013 yang sebesar 27,505 miliar dollar AS. Sementara itu, nilai impor dari ASEAN pada Januari-November 2014 sebesar 27,490 miliar dollar AS atau turun 1,94 persen dibanding periode sama 2013 yang sebesar 28,034 miliar dollar AS.
Terlihat bahwa angka ekspor ataupun impor turun. Meski demikian, nilai ekspor ke ASEAN masih lebih rendah dibanding impor dari ASEAN. Penurunan ekspor pun lebih besar dibanding penurunan impor. Kinerja ini tentu harus diperbaiki.
Ekspor ke ASEAN periode Januari-November 2014 menyumbang 19,77 persen terhadap total ekspor nonmigas. Impor dari ASEAN periode Januari-November 2014 berkontribusi 22,23 persen terhadap total impor nonmigas.
Data BPS tersebut menggambarkan bahwa tingkat pemanfaatan pasar ASEAN oleh Indonesia relatif masih rendah. Di sisi lain, tergambar pula tingkat ketergantungan Indonesia terhadap produk dari negara-negara ASEAN.
Semangat telah digelorakan agar para pengusaha muda berani dan bersiap menghadapi pembukaan MEA. Saatnya semua menerjemahkan semangat tersebut melalui serangkaian kiprah agar produk dan jasa dari Indonesia berjaya di pasar Asia Tenggara. [] C. Anto Saptowalyono
*Sumber: Harian Kompas, 14 Januari 2015 | Ilustrasi Jokowi ASEAN/istimewa