
JAKARTA, Okezone – Seperti yang sudah sering diungkapkan banyak pihak, pada 2020, Indonesia akan memasuki fase bonus demografi. Keadaan tersebut terjadi ketika jumlah penduduk usia produktif mencapai dua per tiga dari total jumlah penduduk.
Dengan begitu, angka ketergantungan penduduk (dependency ratio) cenderung menjadi lebih rendah dan suplai tenaga kerja yang stabil diharapkan bisa memenuhi kebutuhan pasar kerja. Pendapat tersebut disampaikan Peneliti Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Sukamdi dalam seminar bertajuk "Bonus Demografi".
Menurut Sukamdi, bonus demografi sangat menguntungkan sebab masyarakat akan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dengan dana tabungan yang lebih banyak.
"Angka dependency ratio yang rendah, maka masyarakat dapat menabung lebih banyak," tutur Sukamdi, seperti dinukil dari laman UGM, Jumat (13/6/2014).
Meski demikian, dosen Fakultas Geografi UGM itu menilai, bonus demografi tidak akan berlangsung lama. Pasalnya angka ketergantungan pada 2030 mencapai 46,9, namun pada 2035 akan meningkat lagi menjadi 47,3. Sebagai gambaran, angka ketergantungan kita pada 2010 berada di angka 50,5.
"Pemerintah perlu memanfaatkan kesempatan bonus demografi ini dengan baik apabila ada penurunan angka kelahiran sampai 2030. Jika tidak bisa secara konsisten menurunkan angka kelahiran, kita akan kehilangan kesempatan emas ini," tegasnya.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Geografi UGM M Baiquni mengungkapkan, persoalan kependudukan memiliki dampak pada lingkungan. Kualitas SDM sangat menentukan tingkat kesadaran perilaku manusia dalam mengelola lingkungannya.
"Saat ini Indonesia begitu agresif mendorong pertumbuhan ekonomi, namun secara tidak sadar merusak lingkungan. Jumlah penduduk besar dan tidak diikuti kualitas kesadaran lingkungan yang baik, yang terjadi adalah degradasi kerusakan lingkungan," papar Baiquni.
Dia berpendapat, kualitas SDM harus ditingkatkan karena angka Human Development Index (HDI) Indonesia saat ini menempati urutan ke-111 dari 182 negara. Bahkan di ASEAN, Indonesia berada di urutan keenam dari 10 negara.
Kemudian, Guru Besar FISIPOL UGM Muhadjir Darwin menambahkan, agama menjadi bagian penting dalam perkembangan penduduk. Dia berpendapat, bonus demografi saat ini merupakan hasil dari revolusi Keluarga Berencana (KB) global.
"Sementara beberapa kelompok agamis radikal masih menganggap bahwa KB menjadi ide dari negara barat untuk mencegah mereka berkembang. Kelompok agamis radikal ini cenderung pro-natalitas," urai Muhadjir.
Namun demikian, menurut Muhadjir, sikap kelompok tersebut dapat berubah seiring dengan perubahan sosial. Tapi, lanjutnya, model KB di masa mendatang tetap akan dipengaruhi oleh para penduduk yang pro-natalitas. [] Margaret Puspitarini
*Sumber: Okezone | Foto: Istimewa