JAKARTA, KOMPAS — Pemerataan pembangunan antara Jawa dan luar Jawa harus menjadi fokus untuk mencegah ketimpangan kesejahteraan melebar. Investasi sumber daya manusia melalui pendidikan dan kesehatan mutlak dibutuhkan untuk mencegah ekonomi tumbuh bersama kemiskinan.
Demikian benang merah diskusi bertajuk ”Tantangan Pembangunan Indonesia: Menggandakan Berbagi Kesejahteraan dengan Percepatan Pertumbuhan yang Inklusif dan Berkesinambungan” yang diselenggarakan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia bekerja sama dengan Harvard Kennedy School ASH Center di Jakarta, Rabu (26/3).
Dekan FEUI Ari Kuncoro membuka diskusi tersebut. Dalam acara itu, juga diadakan peluncuran buku Harvard Kennedy School ASH Center berjudul Bersatu Lebih Baik daripada Terpisah: Menggandakan Berbagi Kesejahteraan di Indonesia Melalui Integrasi Global dan Lokal dengan pidato kunci dari Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, Menteri Koordinator Perekonomian periode 1998-2004.
Para pembicara lain adalah Teguh Dartanto (FEUI), Montty Girianna (Bappenas), Telisa Aulia Falianty (FEUI), dan Mubariq Ahmad (FEUI). Dosen kebijakan publik Harvard Kennedy School ASH Center, Jay Rosengard, menyampaikan masukan tentang pembangunan Indonesia.
”Populasi Indonesia akan terus tumbuh dan kalau tidak dikelola akan seperti Jawa. Populasi tumbuh bersama kemiskinan,” kata Dorodjatun.
Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2014 sebesar 5,3 persen, lebih rendah daripada prediksi BI yang sekitar 5,5 persen sampai 5,8 persen. Target pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2014 sebesar 6 persen.
Manusia berkualitas
Menurut Dorodjatun, ketimpangan kini tidak cukup lagi dilihat dari sisi pendapatan semata. Para pembuat kebijakan harus melihat bagaimana ketimpangan kepemilikan aset, pelayanan publik, jaringan air bersih, dan kepemilikan rumah sudah terjadi.
”Hal-hal seperti ini harus segera diatasi agar ketimpangan tak semakin lebar. Pembangunan di luar Pulau Jawa harus didorong untuk menciptakan pertumbuhan yang merata sehingga terjadi migrasi sukarela penduduk ke luar Jawa,” kata Dorodjatun.
Jay mengatakan, ketimpangan ekonomi Jawa dan luar Jawa meningkat dengan pertumbuhan pendapatan per kapita sebesar 4,5 persen per tahun. Hal ini masih di bawah 8,5 persen yang dibutuhkan untuk menggandakan pembagian kesejahteraan.
Telisa mengatakan, manusia berkualitas menjadi sumber kesejahteraan. Menurut Telisa, ekonomi Filipina dan Thailand lebih maju karena kualitas sumber daya manusia mereka. (ham)
*Sumber artikel: Harian Kompas, 27 Maret 2014 | Sumber foto: istimewa