Harianjogja.com, JOGJA – Mayoritas pekerja migran asal Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), 46,2%, berpendidikan maksimal sekolah dasar (SD), kata Peneliti Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada (UGM) Agus Joko Pitoyo.
“Jika digabung dengan pekerja migran yang berpendidikan hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP) maka jumlahnya menjadi 77,6 persen,” kata Agus saat ditemui di Kampus Program Doktor Studi Kebijakan UGM, seperti dikutip Antara, Rabu (9/11/2016).
Sementara itu, pekerja migran yang berpendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 20%, dan yang berpendidikan di atas SMA sebanyak 2,4%.
Mayoritas pekerja migran berusia 20-40 tahun, yakni sebanyak 75,8 persen. Sedangkan pekerja migran yang berusia di bawah 19 tahun mencapai 16 persen, dan yang berusia di atas 41 tahun sebanyak 8,2 persen, imbuhnya.
“Jadi, secara rata-rata, tingkat pendidikan pekerja migran Indonesia yang berasal dari DIY mencapai kelas dua SMP atau kelas delapan. Sementara rata-rata usia pekerja migran DIY mencapai 22,3 tahun,” ungkap Agus.
Ia menambahkan, kajian tersebut dilakukan di Desa Jangkaran, Kulonprogo, DIY, sebagai daerah asal pekerja migran.
Desa Jangkaran merupakan lokasi khusus di DIY terkait asal pekerja migran karena hal serupa tidak terjadi di lokasi lain, terangnya. [] (KR-RHN) Sigit Pinardi.
*Sumber: Harian Jogja | Ilustrasi pelatihan TKI/caraka online