Tepat pukul 19.00 WIB, acara malam ramah tamah antara panitia serta para peserta panelis dimulai. Hadir Prof. Dr. Muhadjir Darwin, Kepala Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM (In Ex Officio) yang baru saja tiba dari Amerika Serikat, menyampaikan kata sambutan. Muhadjir mengatakan keberadaan perempuan di Indonesia saat ini relatif semakin maju baik dalam ekonomi, politik, serta pendidikan. Sebuah buku karangan Hanna Rossin yang berjudul “The End of Men and The Rise of Women” cukup provokatif baginya. Meski begitu Muhadjir menilai, Hanna tidak menempatkan laki-laki dan perempuan saling berhadapan seperti dalam situasi perang. Hanna mengatakan, perempuan saat ini lebih maju, mampu beradaptasi dengan cepat terutama dalam bidang ekonomi. Krisis ekonomi yang pernah terjadi di Amerika Serikat sempat mempengaruhi para pekerja laki-laki. Pada masa kejatuhan itu, perempuan justru hadir serta mampu membangkitkan geliat ekonomi.
Muhadjir Darwin. Bentuk ideal yang diimpikan, laki-laki dan perempuan berada dalam posisi setara, saling bekerja sama dan berperan dalam berbagai bidang. (Foto oleh Alip Firmansyah.)
“Inilah bentuk ideal yang kita impikan. Tidak saling berhadapan tapi justru perempuan dan laki-laki bisa berada dalam posisi setara, berbicara dan berperan bersama dalam berbagai hal,” ujar Muhadjir.
Usai kata sambutan, acara ramah tamah dilanjutkan dengan penampilan musik keroncong dari Kelompok Keroncong Irama Tongkol Teduh (ITT). Kelompok anak muda yang berasal dari Gang Tongkol, Minomartani, Yogyakarta ini memilih bermain keroncong dengan balutan young pop culture. Keroncong adalah format musik pilihan sehingga mereka tetap mempertahankan patokan atau pakem keroncong dalam bermusik. Meski begitu, mereka juga berkreasi dalam menciptakan dan mengaransemen lagu.
ITT memainkan beberapa lagu seperti lagu klasik perjuangan, “sepasang mata bola”, lagu klasik Kla Project tentang Yogyakarta, serta lagu-lagu hasil aransemen lainnya. Peserta dan panitia diajak bernyanyi bersama untuk memeriahkan acara malam itu.
Bertepatan Hari AIDS 2012
Malam ramah tamah Konferensi PdP 2012 “Perempuan dan Pemiskinan” juga bertepatan dengan Peringatan Hari AIDS Sedunia. Tema peringatan tahun ini adalah “Lindungi Perempuan dan Anak dari HIV dan AIDS”. Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari Gumelar dalam sambutan yang tertuang di dalam Buku Pedoman Hari AIDS Sedunia 2012 mengajak semua pihak untuk berperan aktif dalam meningkatkan perlindungan bagi perempuan. Perempuan rentan terinfeksi HIV dan hal ini berdampak terhadap anak.
Kementerian Kesehatan melaporkan, sejak pertama kali kasus HIV ditemukan (1987) hingga kini (Maret 2012), terdapat 30.430 kasus AIDS dan 82.870 terinfeksi HIV di 33 provinsi di Indonesia. Selama periode pelaporan Januari hingga Maret 2012, persentase kasus tertinggi adalah hubungan seks tidak aman pada heteroseksual, yakni 77 persen. Dilaporkan pula, jumlah perempuan positif HIV perlahan-lahan juga meningkat. Pada 2011, diperkirakan terdapat 8.170 ibu hamil yang positif HIV. Oleh karena itu, peningkatan layanan pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak mendapat perhatian utama.
Meningkatnya jumlah kasus HIV dan AIDS pada perempuan yang tidak berperilaku seksual berisiko tinggi namun tertular HIV dari pasangan tetapnya yang berperilaku seksual berisiko tinggi, tentu memprihatinkan. Situasi ini menempatkan anak pada posisi rentan terhadap HIV dan AIDS baik dalam proses persalinan, menyusui, dan melalui media lain seperti transfusi darah. Program-program khusus dibuat untuk penguatan hak-hak reproduksi dan penguatan posisi tawar perempuan. Perempuan berhak mendapatkan informasi dan pelayanan yang adekuat tentang hal-hal terkait kesehatan dan organ reproduksinya. Perempuan juga diharapkan sadar serta mengerti benar akan hak-hak reproduksinya. [] Ina Florencys – Publikasi Konferensi PdP 2012.