Yogyakarta, UGM – Tahir Foundation (TF) bekerjasama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Muhammadiyah mengembangkan program filantropi untuk pemberdayaan umat. Program ini akan didanai oleh TF sebesar Rp50 milyar per tahun atau sekitar Rp250 milyar selama periode lima tahun dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan penciptaan lapangan kerja.
Kerjasama tripartit—TF, UGM, dan Muhammadiyah—dibangun dalam prinsip filantropi, yaitu melakukan aksi kemanusiaan untuk kebaikan bersama di dalam hal pemenuhan kebutuhan pokok manusia dan lingkungan. Di tengah menguatnya identitas primordial agama, suku, dan kebangsaan akhir-akhir ini, filantropi kemudian menjadi ‘bahasa’ yang dapat diterima oleh berbagai pihak karena karakternya yang melampaui (beyond) identitas agama, suku, dan bangsa. Selain itu filantropi bukan lagi gerakan donasi semata, melainkan telah berkembang pula menjadi program-program pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan.
TF sebagai lembaga filantropi telah memiliki rekam jejak baik di tingkat nasional maupun di tingkat internasional. TF adalah satu-satunya lembaga di Asia yang menerima UNHCR Eminent Advocate, yakni sebuah penghargaan atas kontribusi pendanaan yang signifikan serta positif bagi penanganan masalah pengungsi. Penghargaan tersebut turut menjadikannya sebagai lembaga filantropi terbesar di Asia saat ini. Dana sebanyak 14 juta USD telah didonasikan untuk membantu Komisi Masalah Pengungsi PBB dalam menangani para pengungsi Suriah. TF juga mendonasikan ke Global Fund dan terlibat dalam aksi kemanusiaan terhadap anak-anak pengungsi Rohingnya. Di Indonesia, TF berkontribusi langsung dalam menangani berbagai persoalan kemanusiaan pasca bencana di beberapa daerah melalui dana-dana filantropi.
Sementara Muhammadiyah adalah organisasi Islam modern terbesar di Indonesia yang juga telah melakukan program-program filantropis di berbagai wilayah Indonesia. Di Nusa Tenggara Timur dan Papua misalnya, kelompok masyarakat yang mendapatkan manfaat dari program pendidikan dan kesehatan yang dikembangkan oleh Muhammadiyah adalah masyarakat Kristiani. Muhammadiyah juga terlibat langsung dalam menangani persoalan kemanusiaan para pengungsi di Rohingya. Sebagaimana TF, kegiatan filantropi Muhammadiyah juga melintasi (beyond) identitas agama, suku, dan bangsa.
Selanjutnya adalah UGM yang memiliki pengalaman panjang serta jaringan luas di dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk pemberdayaan masyarakat. Setiap tahun UGM mengirim para mahasiswa ke berbagai pelosok negeri melalui program Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM). Kegiatan ini bertujuan untuk mengasah empati serta kepedulian civitas akademika UGM atas beragam persoalan riil di masyarakat. KKN-PPM juga merupakan salah satu bentuk partisipasi UGM untuk mendukung tugas pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dikenal sebagai kampus kerakyatan, UGM mempunyai potensi sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan yang unggul sehingga mampu melakukan tugas pengabdian masyarakat melalui hilirisasi hasil riset maupun pelaksanaan kegiatan.
Dalam pandangan UGM, kerjasama tripartit ini sangat penting serta strategis di dalam merajut kembali kebangsaan Indonesia, setidaknya dalam empat hal. Pertama, kehadiran TF melalui program filantropi yang langsung menyasar kelompok masyarakat lapis bawah dapat meningkatkan rasa kebangsaan untuk menjalin keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kedua, program filantropi yang langsung menyasar masyarakat lapis bawah juga bertujuan untuk mengurangi kesenjangan antarkelas sosial sehingga dapat memperkuat integrasi sosial. Ketiga, program filantropi dapat meningkatkan hubungan saling percaya (mutual trust) di antara berbagai elemen sosial, terutama kelompok lintas identitas agama, suku, ras, dan golongan. Keempat, mengembangkan model pemberdayaan masyarakat sesuai Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan berbasis pada hasil-hasil riset yang aplikatif dan berkelanjutan (sustainable).
Kerjasama tripartit ini didasarkan pada prinsip otonomi dan independensi para pihak. Masing-masing pihak, baik TF, Muhammadiyah, maupun UGM adalah lembaga yang otonom, memiliki independensi dalam bertindak, dan kepentingan yang mandiri. Kerjasama ini didasarkan pada prinsip saling percaya (trust) bahwa masing-masing memiliki komitmen untuk mewujudkan kebaikan bersama sebagai bangsa dan umat manusia sesuai dengan kapasitas, misi, dan karakter masing-masing pihak.
Kerjasama tripartit ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman atau MoU yang dilaksanakan pada Kamis, 1 Maret 2018, pukul 11.00-11.30 WIB di Gedung Grha Sabha Pramana, Kampus UGM. Sebelumnya, penandatanganan MoU ini diawali dengan kegiatan talkshow “Filantropi untuk Pemberdayaan Umat” pada pukul 09.00-11.00 WIB dengan moderator Najwa Shihab. Adapun para narasumber yang hadir, yakni Dr. H. Haedar Nashir, M.Si, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Dato’ Sri Tahir, MBA, Pendiri dan Pimpinan Tahir Foundation, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng, Rektor UGM, serta Prof. Dr. Praktikno, M.Soc.Sc., Menteri Sekretaris Negara/Ketua Majelis Wali Amanat UGM. []