Mengisi Kuliah Umum di UGM, KSAD Dudung Bicara Isu Ketahanan Pangan dan Gaya Kepemimpinan Jitu

25 Oktober 2022 | media_cpps
Berita PSKK, Main Slide

PSKK UGM – Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD), Jenderal Dudung Abdurachman mengatakan ancaman terhadap negara sekarang ini tidak hanya dalam bentuk perang, namun juga ancaman dari sisi ketersediaan pangan, energi, dan sumber daya air bersih.

Hal ini Jenderal Dudung sampaikan saat menjadi pembicara dalam Executive Lecture Series atau kuliah umum Program Studi Magister dan Doktor Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan (MDKIK) Sekolah Pascasarjana UGM dan Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) UGM pada Senin, 24 Oktober 2022 di Balai Senat, UGM.

Pada kesempatan ini Jenderal Dudung menyampaikan bahwa TNI Angkatan Darat (TNI AD) saat ini juga ikut berperan dan berpartisipasi membantu program pemerintah dalam meningkatkan ketahanan dan kedaulatan pangan dan pengadaan fasilitas air bersih dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat.

“Pesan Presiden pada saat saya dilantik, ‘Bantu pemerintah sejahterakan masyarakat pasca pandemi covid-19 dan sejahterakan prajurit TNI’. Pesan beliau hanya ada dua,” papar Dudung Abdurahman di UGM, Senin 24 Oktober 2022.

Untuk mengoptimalkan program ketahanan pangan, TNI bekerja sama dengan dinas pertanian di berbagai wilayah di Indonesia menggarap lahan kosong milik TNI untuk ditanami tanaman pangan seperti tanaman padi dan jagung. Menurutnya, ada sekitar 9.000 hektare lebih lahan kosong TNI yang kelola bekerja sama dengan dinas pertanian kemudian hasilnya diberikan pada masyarakat yang terdampak.

Selain dalam bidang pertanian, Dudung menyampaikan bahwa TNI juga ikut mendukung pengadaan fasilitas sumber daya air bersih bagi masyarakat yang mengalami kesulitan mendapatkan akses air bersih.

“Sekarang ini capaiannya sudah mencapai 744 titik yang tersebar di seluruh Indonesia, namun mayoritas paling besar ada di Nusa Tenggara Timur,” kata Dudung.

Untuk daerah yang berisiko kena rawan pangan dan stunting, kata Dudung, ia meminta jajaran Babinsa dan Koramil untuk siap menjadi orang tua asuh bagi anak-anak yang anggota keluarganya terkena stunting karena kehilangan pekerjaan akibat dampak pandemi.

“Di daerah yang rawan, TNI lewat Babinsa dan Koramil jadi  bapak asuh bagi anak stunting. Kita mengecek sejauh mana program pemerintah. Minggu lalu Babinsa masuk rumah warga, mengecek ada tidaknya warga yang tidak makan. Bisa video call ke pimpinan TNI atau pangdam. Jangan sampai ada keluarga yang menderita,” ujar Jenderal Dudung.

Strategi kepemimpinan GHRM

Terkait kepemimpinan, Dudung menegaskan bahwa seorang pemimpin harus bisa mengantisipasi, mempertahankan flesibilitas, berpikir secara strategis, dan bekerja dengan orang lain untuk memulai perubahan yang akan menciptakan masa depan yang baik.

Untuk mewujudkan hal itu diperlukan gaya kepemimpinan GHRM (Green Human Resourch Management) yang mampu menciptakan lingkungan yang kondusif, nyaman, dan aman, serta mampu menciptkan energi bagi rekan dan anggota dalam mencapai tujuan organisasi.

Maka dari itu, menurut Dudung seorang pemimpin harus memiliki 6D atau enam ciri pemimpin yang baik yaitu pemimpin yang dihormati, diidolakan, dikagumi, dicintai, diidamkan, dan diharapkan.

“Keberhasilan dalam kepemimpinan dan menggerakkan  roda organisasi selalu mengambil keputusan tidak terlepas dari sikap anggota atau bawahan terhadap keputusan yang diambil tersebut. Pemimpin itu harus berani mengambil keputusan tapi juga berani mendengarkan orang lain,” tegas Jenderal Dudung.

Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof. dr. Ova Emilia M.Med.Ed., Sp.OG (K), Ph.D., menyambut baik terlaksananya forum executive lecture series yang diselenggarakan oleh MDKIK SPs UGM dengan menghadirkan KSAD, Jenderal Dudung Abdurachman.

Rektor menyampaikan bahwa setiap organisasi akan mengalami situasi ketidakpastian akibat kecepatan perubahan lingkungan yang tidak terkendali. Kompleksitas krisis bisa berdampak pada stabilitas organisasi.  “Dengan kondisi kompleksitas dan ambiguitas, memerlukan pemikiran cerdas dari seorang pemimpin,” ujar Rektor Ova.

Ia menekankan bahwa kepemimpinan yang baik harus bisa beradaptasi dengan perubahan kondisi sekaligus mampu mengakomodasi proyeksi kebutuhan dan tantangan masa mendatang. Seorang pemimpin menurutnya bisa menjadi sosok inspiratif dan patron keteladanan yang akan membentuk ketangguhan budaya organisasi dalam menghadapi perubahan dan tantangan di era disrupsi.***