TEMPO.CO – Jakarta: Kepala BKKBN, Fasli Jalal menggarisbawahi tentang peranan kontrasepsi bagi keluarga Indonesia. Dalam acara peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia yang berlangsung pada akhir Sepetember lalu di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Fasli menegaskan peringatan hari penting ini sebagai edukasi masyarakat secara berlanjut.
"Terutama pada generasi muda. Terbukti juga kontrasepsi telah mampu menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Namun Di ASEAN, Indonesia masih menduduki posisi atas dalam hal angka kematian ibu dan bayi," kata Fasli.
Kemudian dia mengutip data Badan Kesehatan Dunia, WHO tentang angka estimasi kematian ibu saat melahirkan di tahun 2013 per 100 ribu kelahiran hidup pada Singapura 6/100.000, lalu Thailand 26/100.000, kemudian Malaysia 29/100.000, selanjutnya Vietnam 49/100.000 dan Indonesia 190/100.0002.
Sejalan dengan pentingnya edukasi dan informasi langsung kepada pasien, peran dokter sangat integral dalam memastikan suksesnya penggunaan kontrasepsi oleh keluarga Indonesia. Menurut Ketua umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zaenal Abidin.
“Kami menghimbau seluruh dokter yang tergabung dalam IDI untuk dapat menjadi sumber informasi yang akurat bagi masyarakat mengenai kontrasepsi dan dapat mengedukasi pentingnya keluarga berencana dalam praktek sehari-hari mereka sesuai dengan Standard Operational Procedure (SOP), utamanya kepada pasien-pasien keluarga muda, dari sebelum menikah hingga berkeluarga," kata Zaenal.
Dia juga menegaskan peran dokter dalam membantu menurunkan angka kematian ibu (AKI) akan berhasil apabila akar permasalahannya dapat dituntaskan.
Kemudian hal yang juga sangat penting adalah peran obgyn atau dokter spesialis yang langsung menangani pasien di bidang reproduksi dan ginekologi dalam memberikan edukasi tentang kontrasepsi.
Dokter Nurdadi Saleh, Ketua Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) menjelaskan dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi memiliki peran yang sangat besar dalam penambahan dan penyebaran aseptor jangka panjang. Hal itu sesuai program pemerintah sekarang.
"POGI juga memberikan pelatihan kepada anggotanya dalam melakukan Indonesia Advanced Labor dan Risk Management (IN-ALARM) tentang pemasangan IUD pasca bersalin. Program ini wajib dilakukan oleh obgyn setiap lima tahun sekali sebagai prasyarat untuk mendapatkan rekomendasi izin praktek," kata Nurdadi.
Sementara Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes, Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menerangkan tentang revitalisasi Program Keluarga Berencana yang merupakan inisiatif yang wajib dijalankan dan sangat perlukan dukungan.
"Untuk itu, kami secara berkesinambungan mengadakan berbagai kegiatan sosialisasi dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan para bidan dalam konseling dan edukasi tentang Program KB agar perempuan di Indonesia dapat lebih memahami dan memilih kontrasepsi yang tepat sesuai dengan kebutuhan mereka," kata Emi.
Dia meyakini bidan sebagai garda terdepan dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kontrasepsi bagi pembangunan keluarga yang sehat dan sejahtera.
"Sebab kesehatan reproduksi yang buruk dapat mempengaruhi prospek ekonomi generasi berikutnya. Dan pada dampak yang paling ekstrim timbul ketika seorang perempuan atau bayinya meninggal saat melahirkan. Hal penting lain soal kesehatan ibu yang dapat mempengaruhi kesejahteraan dan pendidikan anak-anaknya," kata Emi. [] Hadriani P
*Sumber: Tempo Interaktif | Ilustrasi. Tribunnews