YOGYA (KR) – Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi membutuhkan kebijakan tepat dan strategis dalam mengatasi persoalan pembangunan ekonomi 25-35 tahun mendatang. Laju pertumbuhan penduduk sekitar 2,5 persen per tahun di satu sisi menambah usia produktif di masa depan, namun di sisi lain menghambat pembangunan ekonomi dengan munculnya population aging (penuaan populasi).
Permasalahan population aging pada masa mendatang juga mengancam Indonesia, seperti yang terjadi pada Singapura, Jepang, dan Thailand saat ini,” kata pakar demografi dari Crawford School of Public Policy, Australia National University, Prof. Peter McDonald dalam Kuliah Umum Demographic Bonus and the Future of Indonesia, Jumat (25/4) di Ruang Seminar Fisipol UGM. Peter juga mengingatkan, mengatasi population aging memerlukan kebijakan yang tepat dan strategis mengenai laju kependudukan sejak saat ini. Persoalan lain yang disoroti Peter, ketidakmerataan persebaran penduduk yang masih terjadi di Indonesia. “Pertumbuhan penduduk terbesar berada di Jawa, sementara tingkat kesuburan di daerah lain masih rendah,” katanya.
Namun demikian, jika Indonesia bisa mengadopsi moden urbanisasi in situ yang telah dipraktikkan China dalam mengelola urbanisasi, aka nada pengurangan perbedaan demografis daerah penggiran dengan daerah inti.
Peneliti Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) UGM, Prof. Dr. Muhadjir Darwin, MPA, Ph.D., mengatakan, dua pertiga penduduk Indonesia saat ini berada pada usia produktif. Meski demikian, bonus demografi tersebut tidak lantas bisa dianggap sebagai bonus semata. (Asp)-s
*Sumber artikel: Harian Kedaulatan Rakyat, 28 April 2014 | Sumber foto: TribunNews