Nunukan, JAWA POS — Masih banyak jalur tikus bagi tenaga kerja Indonesia (TKI) nonprosedural yang terbuka. Salah satunya pintu perbatasan antara Kabupaten Nunukan dan Kota Tawau, Malaysia. Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) Nusron Wahid pun mencoba untuk merasakan bagaimana sebenarnya jalur yang dilalui TKI ilegal menuju Malaysia Timur.
Pada pukul 13.45 Wita Sabtu (17/1), rombongan berangkat dengan pesawat tujuan Nunukan. Karena rute sedikit memutar, Nusron baru sampai di Bandara Nunukan pada pukul 15.50. Setelah tiba di Kantor Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI (BP3TKI) Nunukan, Ketua Umum GP Ansor tersebut mengadakan audiensi dengan para pegawai. Di sana dia menegaskan dua misi untuk BP3TKI ke depan.
Pertama, kata Nusron, perwakilan di Kalimantan Timur tersebut harus berfokus pada perlindungan TKI. Tindakan seperti trafficking (perdagangan manusia) atau smuggling (penyelundupan manusia)harus dicegah karena dekat dengan perbatasan. ”Kita bisa membangun LP3TKI (Loka Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI) di Kota Balikpapan atau Samarinda,” terangnya.
Misi kedua, lanjut dia, adalah pemberdayaan TKI purna di Kabupaten Nunukan. Hal tersebut dilakukan agar TKI yang sudah dideportasi dan berisiko kembali menjadi TKI ilegal bisa ditahan. Program itu nanti difokuskan di wilayah perbatasan, yakni Pulau Sebatik.
”Nanti kami fokuskan ke pengembangan rumput laut di Sebatik. Kami akan memberikan pelatihan kepada para TKI yang dideportasi. Tapi, pelatihannya harus secara menyeluruh, bukan satu atau dua hari. Saya tahu biasanya TKI yang sudah dideportasi ini tak mau kembali ke kampung karena malu,” jelasnya.
Setelah itu, dia melanjutkan agendanya dengan berkunjung ke perbatasan di Pulau Sebatik. Menurut informasi, akses menuju Kota Tawau melalui Sebatik memang cukup cepat dan terjangkau. Sebab, terdapat titik di pelabuhan rakyat yang bisa dijadikan jalur tikus.
Dari Pelabuhan Tunon Taka di Nunukan, calon TKI bisa naik perahu motor biasa ke Pelabuhan Bambangan di Sebatik Barat dengan biaya Rp 20 ribu. Lalu, naik mobil sewa dari sana menuju Pelabuhan Sungai Nyamuk. ”Dari sana kita bisa naik kapal speed dengan hanya 30 ringgit atau sekitar Rp 100 ribu dan tiba di Pelabuhan Sabindo, Tawau,” ungkap Kepala BP3TKI Nunukan Edi Sujarwo.
Memang benar apa yang dinyatakan Edi, Jawa Pos yang ikut dengan rombongan ke Sebatik berangkat pukul 18.00 Wita dari Pelabuhan Tunon Taka bisa tiba di Pelabuhan Bambangan 13 menit kemudian. Setelah itu, rombongan melanjutkan perjalanan menuju Kampung Aji Kuning yang berbatasan langsung dengan wilayah Malaysia.
Di kampung yang disebut pos tiga itu, Nusron menanyakan pekerjaan penduduk di sana. Salah seorang yang ditemui adalah Haji Mancik, 70. Dia tinggal di sana sejak 1981. Menurut dia, kebanyakan penduduk mempunyai usaha perkebunan beberapa komoditas. Antara lain, kelapa sawit, pisang, dan gambas. ’’Di sini saya sudah punya cucu. Ya, dagang di warung ini. Nerima ringgit dan rupiah,’’ terangnya.
Sayangnya, Nusron tidak sempat melanjutkan perjalanan ke Tawau. Karena sudah terlalu malam, rombongan akhirnya kembali ke Nunukan saat sudah ada di Sebatik Tengah. Namun, dari kunjungan tersebut, dia mengambil kesimpulan bahwa jalur itu terlalu terbuka.
’’Jadi, saya akan mengusulkan kepada pihak imigrasi untuk mendirikan pos di pulau ini. Dengan begitu, TKI dan WNI dari Sebatik bisa terlayani dengan baik. Di sisi lain, kepergian secara ilegal bisa dicegah. Atau, kita bisa menerapkan aturan khusus perbatasan. Saya akan mengevaluasi lebih lanjut langkah mana yang lebih baik,’’ jelasnya. (bil/c7/end)
*Sumber: Jawa Pos | Ilustrasi TKI/ANTARA