Jakarta, Berita Satu – Kepala Perwakilan Dana Kependudukan Perserikatan Bangsa-bangsa (UNFPA), Jose Ferraris mengatakan, generasi muda memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan suatu bangsa, termasuk juga Indonesia. Mereka merupakan sumber daya utama untuk pembangunan, serta dapat berperan sebagai agen kunci perubahan sosial, pertumbuhan ekonomi dan inovasi teknologi.
Sayangnya, partisipasi generasi muda dalam pembangunan masih jauh dari ideal, terutama ketika 90 persen dari generasi muda di negara-negara berkembang hanya dibekali oleh tingkat pendidikan yang rendah, pelatihan dan pelayanan kesehatan melalui infrastruktur yang buruk, serta mengalami berbagai bentuk ketidaksetaraan dan keterbatasan. Faktor-faktor inilah yang menurutnya masih menjadi penghalang bagi generasi muda untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan.
"Sejumlah kebijakan harus ditingkatkan guna mengatasi kondisi ini, termasuk pendidikan pasca pendidikan dasar, pekerjaan, kesehatan, lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan, konflik dan kejahatan, serta keterlibatan publik," kata Jose Ferraris di acara seminar Hari Kependudukan Dunia : “Investing in Young People in Indonesia" di Jakarta, Senin (14/7).
Penerapan kebijakan dalam bidang-bidang tersebut menurutnya merupakan bentuk investasi terhadap generasi muda, dan selanjutnya menjadi investasi bagi masa depan Indonesia.
Hal senada juga diungkapkan Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Prof Dr. Sri Moertiningsih. Agar bisa berkontribusi dalam pembangunan, menurutnya negara juga harus memfasilitasi anak-anak muda dengan pendidikan yang cukup dan berkualitas, sehingga mereka mudah terserap di dunia kerja.
Di samping itu, keuntungan dari penguasaan teknologi juga harus dimanfaatkan oleh anak-anak muda agar bisa sejajar dengan bangsa lain.
"Orang-orang muda kita sebetulnya banyak yang belum siap untuk terjun ke dunia kerja dengan tuntutan skill yang semakin tinggi. Jadi bagi yang belum terlanjur masuk angkatan kerja, sebaiknya segera menyiapkan diri," ujar Sri Moertiningsih.
Data sensus penduduk Indonesia pada 2010 mencatat, setidaknya ada 62,3 juta anak muda berusia 16-30 tahun atau sekitar 26,2 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Meski proporsi generasi muda diprediksi menurun dalam beberapa dasar warsa ke depan, jumlah generasi muda diprediksi akan meningkat hingga 70 juta jiwa di tahun 2035.
Untuk memanfaatkan bonus demografi yang dimiliki Indonesia tersebut, Kepala BKKBN Prof. Dr. Fasli Jalal mengatakan, segala upaya harus dilakukan dalam rangka mendidik para pemuda sebagai bagian pertama dari bonus demografi, sehingga pencapaian mereka bisa lebih tinggi dan pendidikan yang didapatnya bisa lebih bermutu.
"Yang terpenting adalah meningkatkan produktivitas tenaga kerja dengan keterampilan yang bisa diserap di pasar kerja, sehingga diperlukan kebijakan ekonomi yang cocok untuk angkatan kerja kita yang rata-rata pendidikannya masih rendah dan tidak punya skill. Tantangannya adalah bagaimana menyiapkan tenaga kerja yang akan datang agar lebih skillfull, siap kerja dan berpendidikan tinggi," ujar Fasli Jalal. [] Herman/AF
*Sumber: Berita Satu | Foto: Tribunnews