KULONPROGO (KRjogja.com) – Angka kemiskinan di Kabupaten Kulonprogo turun drastis. Ini menjadikan contoh yang baik untuk penanggulangan kemiskinan di DIY.
"Selama ini kegiatan yang sudah dilakukan dalam rangka menurunkan angka kemiskinan diantaranya program Gentong Rembes, Bela dan Beli Kulonprogo, pakta integritas untuk ikut membantu Kepala Keluarga (KK) Miskin oleh perusahaan yang baru berinvestasi. Serta investasi baru digalakkan pemkab, sehingga meningkat dan memberikan nilai tambah bagi Kabupaten Kulonprogo," kata Bupati Kulonprogo dr H Hasto Wardoyo SpOG(K) pada acara Evaluasi Program Pengentasan Kemiskinan di Gedung Kaca, Rabu (4/3/2015).
Menurut Hasto, masih ada lima kecamatan yang mempunyai kenaikan angka kemiskinan di Kulonprogo. Namun angka yang naik maupun turun secara drastis perlu ditinjau ulang. Karena perubahan yang drastis pasti disebabkan karena suatu musibah dan mendapatkan bantuan yang besar.
Dalam acara tersebut diserahkan penghargaan TKPK Award sebagai bentuk penghargaan yg diberikan kepada Kecamatan dan desa berprestasi dalam penanggulangan kemiskinan. TKPK Award memiliki dua kategori, yaitu kecamatan dan desa yang memiliki prosentase penduduk miskin terendah, serta kecamatan dan desa yang memiliki laju penurunan penduduk miskin tertinggi. TKPK Award 2013 diberikan kepada Kecamatan Wates (13,69 persen) dan Kalurahan Wates (5,21 persen) untuk kategori prosentase penduduk miskin terendah. Sedangkan untuk kategori prosentase laju penurunan penduduk miskin tertinggi diberikan kepada Kecamatan Nanggulan (6,25 persen) dan Desa Gotakan (17,42 persen).
TKPK Award 2014 diberikan kepada Kecamatan Nanggulan (7,87 persen) dan Kelurahan Wates (2,02 persen) untuk kategori prosentase penduduk miskin terendah, sedangkan untuk kategori prosentase laju penurunan penduduk miskin tertinggi diberikan kepada Kecamatan Girimulyo (13,45 persen) dan desa Desa Hargotirto (22,15 persen).
Hasto menyatakan sudah dilakukan riset dan pendataan yang baik, namun ada beberapa data yang perlu dicek ulang di daerah yang penurunan atau kenaikannya ekstrim. Secara teoritis masih perlu dicek ulang, tapi secara keseluruhan diyakini kemiskinan menurun. "Hanya saja naluri saya, data statistik kalau ekstrim naiknya atau ekstrim turunnya pasti ada kejadian luar biasa. Kalau tidak ada kejadian luar biasa, tidak seperti itu. Maka khusus untuk data yang ekstrim saya minta dicek," ujarnya.
Data yang ekstrim misalnya berasal dari Ngestiharjo dan Kulwaru. Untuk yang ekstrim turun misalnya di Kecamatan Nanggulan, dari 1.907 menjadi 889. Ini perlu dicek sehingga datanya bisa menjadi anjlok. Karena normalnya hanya terjadi penurunan/peningkatan 2-3 persen dalam satu tahun. "Metode Pemkab Kulonprogo lebih baik karena banyak melakukan sensus, bukan survei, mendatangi satu demi satu, sedangkan survei cukup mengambil sampel. Tenaga sensus diambil dari PNS," ujarnya.
Dijelaskan Kepala Bappeda Kulonprogo Ir Agus Langgeng Basuki, jumlah prosentase KK miskin tahun 2014 adalah 16,74 persen. Ini terdiri dari KK yang statusnya sangat miskin 4,12 persen dan miskin 12,62 persen. Sedangkan jumlah KK sangat miskin adalah 5.074 KK sedangkan miskin 17.971 KK. KK yang lain masuk hampir miskin dan tidak miskin. Jika dilihat dari jumlah jiwa, prosentase penduduk sangat miskin adalah 3,71 persen penduduk, dan 11,95 persen penduduk miskin, sehingga total prosentase penduduk miskin Kulonprogo ada 15,66 persen. Jika dibandingkan dengan data tahun 2013, maka terjadi penurunan karena Prosentase KK miskin di Kulonprogo menurut data Bappeda tahun 2013 adalah 22,54 persen (data BPS: 21,39 persen), sementara tahun 2014 menjadi 16,74 persen (angka sementara BPS 19,02 persen).
Dilihat data kemiskinan per kecamatan hasil pendataan tahun 2014, prosentase KK miskin tertinggi ada di Kecamatan Kokap (23,38 persen), diikuti Girimulyo (21,04 persen), dan Samigaluh (19,99 persen). Sedangkan angka terendah ada di Kecamatan Nanggulan (9,28 persen). Dilihat data dari tingkat desa, Desa Ngestiharjo mengalami kenaikan 18,9 persen (2013) naik menjadi 42,63 persen (2014) dihitung dari jumlah jiwa. Juga di Desa Kulwaru mengalami kenaikan dari 6,19 persen (2013) menjadi 36,62 persen (2014). [] Danar Widiyanto
*Sumber: KR | Photo Hasto Wardoyo/Istimewa