Yogyakarta, PSKK UGM — Studi mengenai kemiskinan di Kabupaten Fakfak, Papua Barat kembali dilakukan. Tahun ini, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Fakfak bekerja sama dengan Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada melakukan studi pemetaan penduduk miskin (Poverty Mapping) tahap kedua.
Pada 2014 lalu, studi pemetaan penduduk miskin tahap pertama dilakukan di empat distrik, antara lain Distrik Fakfak, Fakfak Tengah, Fakfak Barat, dan Kramongmongga. Jumlah kampung atau kelurahan yang didatangi sebanyak 51 kampung. Sementara total jumlah keluarga mencapai 9.915 keluarga. Sementara pada tahap kedua ini, ada lima distrik yang akan dikaji, antara lain Distrik Fakfak Timur, Bomberay, Karas, Kokas, dan Teluk Patipi. Jumlah kampung atau kelurahan sebanyak 47 kampung dan mencakup 4.466 keluarga.
Peneliti PSKK UGM, Drs. Pande Made Kutanegara, M.Si., dalam “Pelatihan Asisten Lapangan Sensus Kemiskinan Kabupaten Fakfak, Papua Barat”, Senin (4/5) lalu mengatakan, rangkaian studi ini sebelumnya telah diawali dengan penyusunan parameter dan indikator kemiskinan berbasis lokal. Kemudian, uji coba terhadap parameter dan indikator pun telah dilakukan guna mengetahui apakah telah signifikan dan konsisten dalam mengukur kemiskinan.
“Kegiatan selanjutnya adalah melakukan pemetaan kemiskinan di Kabupaten Fakfak. Pemetaan ini untuk memberikan gambaran awal yang menyeluruh atau snapshot tentang sebaran penduduk miskin berdasarkan tingkat wilayah administrasi tertentu serta pada kurun waktu tertentu,” kata Made.
Studi pemetaan akan dilakukan selama sembilan bulan, yakni mulai April sampai Desember 2015. Adapun metode yang digunakan adalah dengan menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan menerapkan sensus terhadap keluarga, sementara untuk metode kualitatifnya dengan wawancara mendalam (in-depth interview).
Ada beberapa data pokok tentang kemiskinan di dalam sensus, antara lain kondisi perumahan, akses pelayanan, informasi anggota keluarga, indikator kesejahteraan, dan pengeluaran keluarga baik pangan maunpun nonpangan. Sementara pada wawancara mendalam akan melibatkan beberapa elemen seperti masyarakat miskin, masyarakat tidak miskin, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, aparat kampung, aparat pemerintah distrik, dan instansi terkait lainnya. Studi juga akan dilengkapi dengan obeservasi lapangan serta analisis data sekunder.
Pada dasarnya, metode pemetaan penduduk miskin ini menggunakan model penghitungan statistik, yakni dengan memperkirakan pengeluaran rumah tangga dalam sensus. Hasil estimasi tentang ukuran-ukuran kesejahteraan rumah tangga hasil sensus kemudian diagregasikan menjadi ukuran-ukuran kemiskinan dan ketimpangan pada tingkat kampung.
Made menambahkan, peta kemiskinan yang nantinya dihasilkan akan menunjukkan dimana saja persebaran “kantong-kantong” penduduk miskin di Kabupaten Fakfak. Lebih jauh, peta tersebut juga akan menampilkan data statistik penduduk miskin baik secara relatif, yakni persentase penduduk miskin maupun secara absolut, yakni jumlah penduduk miskin. Melalui data-data tersebut, Pemerintah Kabupaten Fakfak bisa mengetahui sektor-sektor mana saja yang perlu diintervensi dalam rangka mengentaskan kemiskinan di wilayahnya.
“Kemiskinan bisa terjadi karena wilayah yang terisolir, tidak meratanya bantuan atau program pemerintah, rendahnya akses terhadap sumber daya, bahkan persoalan kultur. Sifat malas, konsumtif, tidak kreatif misalnya, menjadi penghambat bagi masyarakat untuk bangkit memperbaiki taraf hidupnya,” jelas Made.
Dalam pelatihan yang dihadiri oleh 16 enumerator dan 4 supervisor itu, Made kembali menegaskan tentang pentingnya keseriusan dan konsistensi para asisten lapangan di dalam mengumpulkan data. “Ini adalah action research. Data yang dihasilkan akan menjadi basis data bagi Pemda Kabupaten Fakfak untuk menyusun serta mengambil kebijakan. Oleh karena itu, peran asisten lapangan sangatlah penting.” [] Media Center PSKK UGM.