Menyoal Fertilitas di Indonesia dan India

09 Agustus 2021 | media_cpps
Informasi, Konferensi / Seminar

CPPS UGM – Angka Kelahiran Total atau Total Fertility Rate (TFR) adalah jumlah rata-rata anak yang dilahirkan oleh seorang perempuan selama masa usia suburnya (antara umur 15-49 tahun). Indikator ini penting dan strategis untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan suatu negara maupun seluruh negara dalam mengendalikan jumlah penduduknya melalui program Keluarga Berencana.

Untuk menyoal lebih jauh fertilitas di Indonesia, Puslitbang Kependudukan BKKBN Pusat, Rina Herarti memaparkan hasil penelitian BKKN yang berjudul Comparing Fertility Patterns of Migrant and Non-Migrant Women in Indonesia”.

“Ini penting untuk dilihat lebih lanjut karena di Indonesia, migrasi internal memainkan peran penting dalam membentuk struktur demografis dan sosial-ekonomi,” ujar Herarti saat menjadi pembicara dalam konferensi The 5th Asian Population Association (APA), Selasa (3/8/2021).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan kontrasepsi di kalangan perempuan migran sedikit lebih rendah dari kalangan nonmigran, yaitu masing-masing 54 dan 59 persen. Namun, jumlah anak yang lahir untuk semua kelompok umur di kalangan perempuan migran lebih rendah dari kalangan nonmigran.

Pada kelompok perempuan usia 45-49 tahun, jumlah anak yang pernah dilahirkan perempuan migran dan nonmigran masing-masing adalah 2,9 dan 3,1 anak per perempuan. Analisis multivariat menunjukkan hasil yang sama untuk kedua kelompok.

Herarti menambahkan bahwa ada hubungan signifikan antara status ekonomi, umur pertama kawin, umur pertama melahirkan, dan fertilitas. Sebaliknya, tidak ada hubungan signifikan antara tingkat pendidikan, tempat tinggal (desa atau perkotaan), dan fertilitas.

Pada kesempatan yang sama, Ritam Dubey, ICMR-NICPR, Noida, India memaparkan hasil penelitiannya berjudul “Is the whole greater than the sum of its parts? Assessing the quality of care across the continuum of reproductive and newborn health in India using the latest nationally representative data.”

Dubey mengatakan bahwa evaluasi terhadap akses kualitas layanan kesehatan ibu dan anak di India cenderung menggunakan pendekatan yang terfragmentasi. “Hal ini memberikan gambaran yang tidak lengkap dan bahkan menyesatkan tentang layanan kesehatan reproduksi yang tersedia di India,” jelasnya.

Kondisi tersebut membuat Dubey memutuskan untuk melakukan penelitian dengan cara menganalisis data dari NFHS-4 untuk memetakan penggunaan layanan kesehatan reproduksi sejak rangkaian perawatan kehamilan hingga perawatan pascapersalinan yang tersedia untuk bayi baru lahir di India.

Hasil penelitian Dubey menunjukkan bahwa pemanfaatan perawatan kehamilan dan pascapersalinanbayi baru lahir di negara-negara bagian prioritas dan distrik-distrik yang ada di negara bagian tersebut merupakan pemanfaatan perawatan yang terendah di India.

Penulis: Citra Sekarjati/Media CPPS UGM  | Editor bahasa: Basilica Dyah – Rinta Alvionita |

Foto: Tangkapan layar zoom APA Conference (3/8)