Yogyakarta, PSKK UGM – Anna Marie Wattie, sosok perempuan yang sangat aktif di dalam dunia penelitian. Selama berkiprah di Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM, banyak penelitian maupun publikasi, terutama yang bertema gender, kesehatan reproduksi, remaja, anak, dan kemiskinan, yang telah dihasilkan oleh beliau. Penelitian-penelitiannya tersebut turut memberikan rekomendasi kebijakan maupun rujukan bagi studi-studi berikutnya. Terakhir, beliau menjabat sebagai Direktur Kemitraan, Alumni, dan Urusan Internasional (DKAUI) UGM dan Tim Peneliti Ahli di PSKK UGM. Berikut beberapa testimoni dari para rekan dan sahabat tentang sosok Anna.
Prof. Dr. Muhadjir Darwin, MPA (Kepala Prodi Magister dan Doktor Studi Kebijakan UGM)
Anna Marie Wattie adalah antropolog dan ahli gender yang banyak memberikan kontribusi pada kemajuan penelitian gender di Indonesia. Isu gender ditekuninya sejak istilah gender bahkan belum mengemuka, tepatnya pada era 1980-an, yakni ketika kajian perempuan masih fokus pada usaha peningkatan “peran wanita” di ranah publik, masih jauh dari era pengarusutamaan gender. Anna, bersama peneliti perempuan lain di PSKK, seperti Ir. Ken Suratiyah dan Dra. Partini (sekarang sudah bergelar profesor dan doktor) serta Dra. Dewi Haryani Susilastuti (sekarang bergelar doktor) banyak melakukan penelitian dan advokasi untuk meningkatkan peran wanita (perempuan) di pembangunan
Sepanjang kariernya sebagai dosen dan peneliti di UGM, Anna banyak terlibat dalam sejumlah seminar nasional dan internasional, banyak menulis karya ilmiah, dan banyak melakukan penelitian tentang gender dan tema lain yang sangat dekat dengan isu tersebut, yaitu kesehatan reproduksi dan seksualitas.
Dua kali Anna menjadi salah satu orang kunci dalam perhelatan konferensi internasional yang terkait dengan isu gender, yaitu Asia Pacific Conference on Social Science and Medicine pada 1998 dan Asia Pacific Conference on Reproductive Health pada 2003. Kedua perhelatan internasional tersebut diselenggarakan di Yogyakarta.
Bersama peneliti-peneliti lain di PSKK, Anna Marie menekuni sejumlah bidang kajian yang terkait dengan gender, seperti Buruh Perempuan, Sirkumsisi Perempuan, Pernikahan Remaja, Trafficking Perempuan dan Anak, dan LGBT. Anna Marie tekun dan kreatif sebagai peneliti, care dan cermat sebagai dosen dan pembimbing, sementara dalam pergaulan sehari-hari, Anna Marie dikenal ramah dan santun.
Dr. Sukamdi, M.Si. (Dosen Fakultas Geografi UGM & Pakar Kependudukan PSKK UGM)
Anna Marrie Wattie adalah sosok yang “sulit” untuk dijelaskan. Hubungan saya dengan dia merupakan mix antara sebagai sahabat, rekan kerja, teman berantem dan berolok, dan bahkan dia juga adik yang manja dan kolokan. Karena hubungan tersebut, kadang urusan yg urgent bisa diselesaikan tanpa harus spanneng. Adakalanya kami tidak sependapat tentang suatu hal, tetapi hal itu tidak menjadikan hubungan berubah. Saya sering memanggilnya “Mpok Anna” untuk menunjukkan hubungan kami sangat egalitarian dan cair. Kepergiannya telah membuat adanya tempat dan ruang yang kosong dan hilang. Mpok Anna, beristirahatlah dalam kedamaian….
Dr.soc.pol. Agus Heruanto Hadna (Kepala PSKK UGM)
Anna Marie Wattie adalah guru dan teman yang baik untuk berdiskusi. Dedikasinya pada dunia penelitian khususnya isu-isu gender dan kesehatan reproduksi patut ditiru bagi generasi muda yang sama-sama menekuni bidang tersebut. PSKK UGM tentu merasa sangat kehilangan atas peneliti senior yang memiliki pengalaman serta keahlian yang luar biasa di bidangnya.
Dr. Budi Wahyuni (Wakil Ketua Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan)
Berita meninggalnya Anna sungguh mengejutkan bagi saya. Saya jadi teringat sebuah momen dimana dia dalam kondisi dikemoterapi, kaki dan tangannya diinfus, masih menyempatkan waktu untuk membaca naskah disertasi saya. Diskusi pun mengalir karena dia benar-benar ingin memanfaatkan waktu kemoterapi itu untuk membimbing saya.
Selain itu, Dik Anna juga orang yang sangat teliti. Bukan hanya teliti di pekerjaannya saja, namun juga teliti dan cermat terhadap tubuhnya. Untuk sampai pada kesimpulan bahwa tubuhnya harus diintervensi seperti apa, itu dia teliti dengan baik. Dia juga tidak mau mendengarkan dari satu pihak saja. Saya masih ingat, waktu dia mengambil keputusan operasi, ada opini lain yang yang dicari sebelumnya. Dia memang pejuang yang luar biasa ya di dalam melawan penyakitnya. Bagaimana cara dia memotivasi dirinya sendiri itu luar biasa. Dan yang membuat saya terharu, seorang perempuan karir seperti dia, keluarganya tidak kemudian tertinggalkan.
Kemudian di tengah gembar-gembor orang mengatakan keberagaman, toleransi, kebhinekaan belakangan ini, Dik Anna adalah orang yang sejak dulu selalu memberikan bingkisan Idul Fitri buat para tetangga di sekitar rumahnya yang muslim. Itu dia lakukan semenjak pertama kali dia berdomisili di tempat itu. Dia sampai tahu persis dimana harus membeli kurma, dimana harus membeli makanan olahan untuk Lebaran.
Dr. Setiadi (Wakil Dekan Bidang Keuangan, Aset, dan Sumber Daya Manusia FIB UGM)
Mbak Anna, bagi saya sosok yang sangat spesial. Tegas, sangat patuh pada aturan yang dia yakini harus diikuti. Sosok ilmuwan yang sangat produktif. Kehidupan dalam dunia ilmiah adalah berkehidupan berkomunitas. Yang saya tahu, beliau sangat sedih apabila harus meninggalkan komunitas, dimana dia tumbuh dan berkembang.
Sri Purwatiningsih, M.Kes. (Staf Peneliti PSKK UGM)
Saya pertama mengenal Mba Anna, begitu saya biasa memanggilnya, pada 1998 ketika suasana di Jogja sedang marak demo menuntut reformasi. Saat itu saya diminta Pak Sukamdi, yang juga dosen pembimbing skripsi saya, untuk membantu menyiapkan konferensi APSSAM. Pak Muhadjir dan Mba Anna sebagai leader konferensi tersebut. Sebuah kebanggaan tersendiri karena saya yang masih istilahnya “cah cilik”, bisa menjadi “tangan kanan” kedua orang hebat tersebut. Saya sangat senang karena itu event internasional.
Setelah APSSAM, kerjasama dengan Mba Anna dan Pak Muhadjir masih berlanjut karena ada proyek bersama dengan Ford Foundation untuk program Masri Singarimbun Research Award (MSRA). Sejak itu saya selalu dilibatkan ke dalam penelitian-penelitian yang berkaitan dengan isu gender dan kesehatan reproduksi, yang memang identik dengan concern beliau berdua.
Mba Anna orang yang sangat baik. Dengan sabar, dia membimbing dan mengajariku tentang apa itu studi gender. Bahkan, ketika saya masuk program magister di Ilmu Kesehatan Masyarakat UGM, meski bukan pembimbingku, Mba Anna dengan senang hati membimbing untuk memilih topik tesis dan menjadi tempat konsultasiku.
Di PSKK saya banyak terlibat studi-studi gender dan kesehatan reproduksi, dimana Mba Anna juga terlibat di dalamnya. Pengalaman studi lapangan yang tidak terlupakan, yaitu saat berada di Dili, Timor Leste. Saat itu tampak sekali dia sangat protektif mengingat di sana masih belum aman. Tentara perdamaian PBB masih mondar-mandi di Dili. Orang-orang setempat juga mewanti-wanti untuk tidak keluar jika sudah di atas jam 5 sore. Namun Mba Anna mau menemaniku keluar untuk mencari makan malam, padahal beliau tidak terbiasa makan malam.
Saat di lapangan pun, Mba Anna sering mengajak jalan-jalan dan beberapa kali mentraktir kami makam. Beliau selalu semangat, bahkan di saat masih menjalani kemoterapi dan radio terapi, dia tetap ikut turun lapangan mencari data SITAN di Semarang. Saya ingat, dia menggunakan wig saat itu, tetapi tetap saja ceria dan bersemangat.
Belakangan, di tengah kesibukan Mba Anna di rektorat, dia masih berpikir untuk menghasilkan publikasi. Beliau ingin sekali membuat sebuah buku, namun karena anggota tim penelitian pada waktu itu sibuk, maka akhirnya Mba Anna memutuskan untuk mengerjakan publikasi berdua saja denganku. Pada April 2016, akhirnya jadi pula buku yang berjudul “Berorganisasi untuk Jati Diri dan Kesehatan” yang berangkat dari studi tentang organisasi MSM (male sex male) dan TG (transgender) terkait HIV dan AIDS di empat negara. Masih belum berhenti, Mba Anna kembali menantangku untuk membuat artikel dari hasil studi yang sama. Saya jawab, ayo siapa takut? Artikel itu sudah akan terbit di Jurnal Populasi tahun ini, tapi sayang Mba Anna tidak sempat melihat artikel tersebut di Populasi. Meski sebenarnya dia juga sudah sering menanyakan kapan Populasi akan terbit. Satu bulan terakhir, beliau sering ke ruangan, berdiskusi tentang rencana-rencana publikasi berikutnya. [] Media Center PSKK UGM | Foto Anna Marie Wattie saat terlibat dalam The International Steering Committee (ISC) of the 6th Asia Pacific Conference on Reproductive and Sexual Health and Rights (APCRSHR), 2011/dok.pskk ugm