Yogyakarta, PSKK UGM – Kabupaten Sleman tahun ini telah menginjak usia 100 tahun atau tepat 1 abad. Dalam usianya ini, Sleman sudah mengalami beragam perubahan yang begitu pesat. Dinamika perkembangan masyarakatnya menuntut Sleman untuk terus bergerak mengikuti perubahan jaman. Menjadi Smart Regency atau Kabupaten Cerdas menjadi tantangan besar bagi Sleman.
Peneliti Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada, Drs. Pande Made Kutanegara, M.Si. dalam Seminar Kebudayaan Menyongsong Satu Abad Kabupaten Sleman, Kamis (26/5) menyampaikan, Smart Regency bukanlah tujuan, melainkan strategi serta alat guna mencapai kesejahteraan masyarakat Kabupaten Sleman. Smart Regency hanya akan berhasil apabila didukung oleh masyarakat atau komunitas yang cerdas (smart community), budaya cerdas (smart culture), dan kebijakan cerdas (smart policy).
“Perlu dukungan dan kerja sama berbagai pihak guna mewujudkan komitmen Sleman sebagai Kabupaten Cerdas. Sekian kebijakan khususnya dalam pengembangan kebudayaan pun perlu dirumuskan secara tepat,” kata Pande.
Namun, sekian problematika pengembangan kebudayaan masih harus terus dihadapi, antara lain yang mendasar adalah belum ada rencana terperinci yang memuat tahapan sistematis (roadmap) mengenai pelaksaan pengembangan kebudayaan dalam kurun waktu tertentu di Sleman. Kemudian Pande menambahkan, belum ada brand kebudayaan karena gagal menemukenali potensi kebudayaan yang dimiliki, kurangnya pelibatan pihak-pihak terkait (stakeholders) dalam desain dan pengembangan kebudayaan, masyarakat juga masih dipandang sebagai obyek dari sebuah kebijakan, serta kurang digalinya nilai-nilai kearifan lokal yang telah mengakar di masyarakat Sleman.
Padahal, ada banyak peluang yang bisa ditangkap oleh Sleman untuk mengembangkan kebudayaan. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DI Yogyakarta misalnya, memberikan perluang yang cukup besar dalam pengembangan kebudayaan. Lalu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang memberikan otonomi dalam tata kelola desa sehingga bisa saling bersinergi.
“Sleman juga mempunyai social capital yang perlu diperhitungkan. Kualitas sumber daya manusia di Sleman sudah relatif baik dan telah mencapai tataran civil society dimana mereka mampu untuk bergerak sendiri dalam membangun peradaban,” kata Pande lagi.
Masyarakat Sleman bahkan termasuk komunitas yang terbiasa berhadapan, berinteraksi, dan menyatu dengan masyarakat yang berasal dari latar belakang budaya dan agama yang berbeda-beda. Suasana multikultur sebetulnya sudah menjadi landasan dan membentuk nilai yang kokoh dalam relasi sosial masyarakat Sleman. Meski diakui juga, menurut Pande, keberadaan paham-paham radikalisme yang semakin kuat belakangan ini menjadi tantangan berat bagi Sleman untuk mempertahankan situasi kondusif dalam keberagamannya.
Dalam kesempatan seminar tersebut, Pande menyampaikan beberapa rekomendasi untuk pengembangan kebudayaan (revitalisasi) sebagai salah satu upaya persiapan Sleman menjadi Kabupaten Cerdas. Rekomendasi tersebut, antara lain 1) pengembangan wilayah Kabupaten Sleman tidak seluruhnya menjadi kawasan urban (perkotaan). Sebagian besar wilayah perlu dipertahankan sebagai kawasan rural (perdesaan) namun dengan fasilitas dan infrastruktur yang modern, 2) meski merupakan kawasan rural, identitas sebagai masyarakat modern, berpendidikan tinggi, cerdas, dan menjunjung nilai-nilai atau kearifan lokal tetap perlu dipertahankan, 3) kebudayaan didorong agar menjadi kekuatan dalam mendukung pengembangan pemerintahan dan masyarakat yang berdaya, 4) civil society, human capital, social capital, cultural capital, serta nilai-nilai kearifan lokal seperti konsep Memayu Hayuning Bawana (masyarakat yang beradab, aman, tentram, serta menyatu dengan lingkungan dan ekosistemnya), gotong royong, saling menghormati, guyub rukun diperkuat sebagai modal masyarakat, 5) menegaskan kembali multikulturalisme, penghormatan dan penerimaan terhadap perbedaan sebagai pondasi kehidupan bermasyarakat, 6) pengembangan kebudayaan seperti seni dan ritual sebagai media untuk merekatkan persatuan masyarakat. [] Media Center PSKK UGM | Foto/Pawai Memedi Sawah di Balecatur, Gamping/Finalis Lomba Foto Hari Jadi 1 Abad Sleman – slemankab.go.id