PSKK UGM, Pencetus Riset Kependudukan di Era 1970-an

22 Oktober 2022 | media_cpps
Arsip Media, Berita PSKK, Main Slide

Yogyakarta – Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan, Universitas Gadjah Mada atau PSKK UGM merupakan lembaga penelitian yang mendedikasikan diri kepada perkembangan ilmu pengetahuan dan kesejahteraan masyarakat.

Lembaga riset yang berdiri sejak April 1973 ini telah banyak melakukan penelitian kependudukan dan kebijakan.

Riset yang dilakukan dengan mengaitkan berbagai dimensi sosial, budaya, ekonomi, politik, dan kesehatan.

PSKK UGM sudah mengalami tiga kali pergantian nama. Pergantian tersebut tak lain merupakan respon lembaga terhadap perubahan dan perkembangan studi kependudukan.

Menurut catatan arsip tekstual UGM yang berjudul Pembentukan Lembaga Kependudukan UGM, awalnya, lembaga riset ini bernama Lembaga Kependudukan (LK-UGM).

Selanjutnya arsip UGM berjudul Rencana Kegiatan Pusat Studi Kependudukan menulis pada 1981, LK-UGM berganti nama menjadi Pusat Studi Kependudukan (PSK-UGM).

Perubahan nama “lembaga” menjadi “pusat studi” dilakukan berdasarkan instruksi pemerintah (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, sekarang Kementerian Pendidikan Keudayaan dan Ristek). Pada 1983, nama lembaga berubah menjadi Pusat Penelitian dan Studi Kependudukan (PPSK–UGM).

Dilansir dari web cpss.ugm.ac.id, pergantian nama dilakukan karena alasan praktis. Kata “penelitian” dan “studi” mempunyai makna sama, maka pada 1991 perubahan nama kembali dilakukan menjadi Pusat Penelitian Kependudukan (PPK-UGM).

Pada 2001, nama lembaga berubah menjadi Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK-UGM). Hingga kini Keberadaan lembaga riset ini tidak bisa dipisahkan dari sosok kepemimpinan Prof. Masri Singarimbun.

Pak Masri, begitu sapaan akrabnya, dikenal sebagai sosok yang tegas serta disiplin. Dosen Antropologi Budaya UGM ini merupakan pendiri PSKK UGM.

Di awal pendiriaanya, Pak Masri bersama PSKK—di era Masri masih bernama Lembaga Kependudukan—banyak menaruh fokus pada perkara fertilitas, mortalitas, mobility pattern, serta value of children.

Maklum, kala itu, pemerintah sedang giat-giatnya mempromosikan program Keluarga Besar untuk mengontrol jumlah penduduk.

Pak Masri dikenal sangat fokus terhadap masalah-masalah kependudukan, terutama tentang Keluarga Berencana (KB).

Menurutnya, peran pemerintah di negara-negara berkembang sangatlah penting dalam menjalankan program KB.

Tidak seperti di negara industri maju, program KB di negara-negara berkembang belum menjadi pilihan bagi setiap keluarga.

Sementara itu, para peneliti yang aktif di era awal PSKK berdiri berasal dari beragam disipilin. Pun, tak hanya dosen atau ilmuwan senior yang diikutsertakan.

Djamaluddin Ancok, dosen Fakultas Psikologi, yang di era awal berdirinya PSKK masih dosen muda mengenang PSKK sebagai salah satu tempatnya belajar menjadi akademisi pemula.

“Tiap saya down, Pak Masri selalu memberi semangat,” ujar Ancok kepada KAGAMA.

Tak Sekadar Wacana

Produksi pengetahuan seputar dunia reproduksi yang dikeluarkan oleh PSKK tak berhenti pada tataran wacana. Peneliti PSKK di era itu, juga menerapkan praktik reproduksi sehat dan aman dalam hidup sehari-hari.

Prof. Muhadjir Darwin, Staf Peneliti Senior PSKK UGM bilang, Pak Masri mempunyai orientasi yang luar biasa bahkan kerap berbeda, dan kontroversial.

“Pak Masri sering disebut sebagai ‘bapak kondom’ karena ke mana-mana selalu membawa kondom.”

“Beliau merasa itu bukan hal yang buruk melainkan positif agar orang semakin akrab dengan kondom. Kondom adalah salah satu teknologi. Tidak ada soal halal dan haram di situ.”

“Kondom untuk kontrasepsi, dan kondom untuk mencegah penularan penyakit seksual. Sejauh untuk tujuan yang baik maka perlu untuk digunakan. Nah, Pak Masri konsisten di situ sejak awal sampai akhir,” jelas Muhadjir, dalam ulang tahun ke-41 PSKK.

Tindakan Masri dilakukan karena ia melihat banyak orang sesungguhnya membutuhkan kondom, namun masih merasa malu.

Masri lalu memikirkan untuk mengampanyekan kondom secara terbuka. Hadir kemudian kondom melalui pos.

“Itu jelas kontroversial. Banyak yang menentang beliau terutama dari kaum ulama. Namun, dia tetap melakukan itu karena tujuannya positif.”

“Saat ini relatif sudah tidak masalah lagi, kondom atau penggunaan kondom untuk tujuan KB. Itulah Pak Masri,” pungkas Muhadjir dalam acara yang sama.***

Sumber: https://kagama.co/2021/09/18/pskk-ugm-pencetus-riset-kependudukan-di-era-1970-an/