Transformasi Jakarta pasca-pemindahan ibu kota negara menandai babak baru pembangunan kota dengan visi menjadi kota global yang maju, berdaya saing, dan berkelanjutan. Agenda ini dituangkan dalam RPJPD Jakarta 2025–2045 yang menekankan penguatan posisi Jakarta sebagai pusat bisnis regional dan nasional melalui pembangunan infrastruktur, digitalisasi layanan publik, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia. Namun, dalam konteks transformasi ini, muncul pertanyaan kritis mengenai sejauh mana perempuan, khususnya dalam sektor formal, kreatif, dan digital, memperoleh ruang partisipasi yang setara. Padahal, berbagai kajian menunjukkan bahwa keberagaman gender dalam pembangunan kota global memiliki kontribusi signifikan dalam meningkatkan efisiensi kebijakan publik, daya tahan sosial ekonomi, serta inovasi kelembagaan. Di sisi lain, perempuan di negara berkembang seperti Indonesia masih menghadapi kendala struktural, termasuk diskriminasi, stereotip peran, dan minimnya akses terhadap pelatihan teknologi, yang menghambat peran optimal mereka dalam ekonomi urban.
Dalam konteks Jakarta, walaupun terdapat peningkatan dalam indeks pembangunan gender, partisipasi perempuan dalam sektor ekonomi masih didominasi oleh sektor informal yang cenderung rentan dan minim perlindungan sosial. Hal ini menunjukkan adanya ketimpangan antara potensi ekonomi yang terbuka melalui transformasi kota global dan realitas sosial yang dihadapi perempuan. Penelitian ini bertujuan mengisi kesenjangan pengetahuan tersebut dengan mengkaji peluang dan hambatan yang dihadapi perempuan dalam berkontribusi terhadap perekonomian Jakarta, menelaah dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi kota, serta merumuskan strategi untuk mendorong partisipasi perempuan secara inklusif. Dengan mengajukan pendekatan intercessional dan berbasis sektor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pembentukan kebijakan ekonomi kota global yang lebih adil gender dan berkelanjutan.
