SUKESGA 2016: Mengukur Perilaku Kesehatan dan Gizi Rumah Tangga Miskin

10 May 2016 | admin
CPPS' News, Events, Media, Training

Yogyakarta, PSKK UGM – Telepon genggam atau handphone bukanlah lagi barang mewah. Handphone sudah menjadi perangkat komunikasi yang lazim dimiliki, bahkan menjadi kebutuhan utama bagi banyak orang. Semakin luasnya kepemilikan handphone termasuk pada rumah tangga miskin, menjadi latar belakang dijalankannya Program SMS Pesan Sehat oleh pemerintah.

Layanan pesan singkat atau SMS (short message service) dinilai sebagai salah satu alternatif strategi dalam meningkatkan pengetahuan serta mengubah perilaku kesehatan dan gizi pada ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu balita yang menerima manfaat Program Keluarga Harapan (PKH).

Di beberapa negara, program pengiriman SMS berisi informasi kesehatan dan gizi terbukti meningkatkan pengetahuan dan perilaku kesehatan dengan biaya rendah. Di Zanzibar, wilayah kepulauan di sebelah timur pesisir Afrika misalnya, pengiriman SMS turut meningkatkan jumlah ibu melahirkan dengan bantuan tenaga kesehatan dan jumlah ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan. Untuk program kesehatan yang lain, pengiriman SMS juga mampu meningkatkan jumlah perokok yang memutuskan berhenti merokok di Inggris.

Sementara di Finlandia, program serupa juga mampu mendorong masyarakatnya untuk menurunkan berat badan. Hampir sebagian besar negera-negara maju menghadapi persoalan obesitas atau kegemukan. SMS kesehatan yang dikirim secara rutin terbukti mampu mendorong kesadaran masyarakat untuk mengurangi asupan makanan yang dikonsumsi, terutama yang berkolesterol tinggi.

Melihat pengalaman di negara lain, maka layanan pesan kesehatan melalui SMS ini dipertimbangkan untuk bisa diterapkan pula di Indonesia. Hal itu disampaikan oleh Maria Aruan, Staf Monitoring and Evaluation, Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) saat Pelatihan Asisten Lapangan Survei Kesehatan dan Gizi Keluarga (SUKESGA) 2016 yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada di Hotel LPP Garden, Kamis (28/4).

“Di beberapa negara sudah dicoba dan telah terbukti meningkatkan pengetahuan, bahkan ada beberapa yang sampai pada perubahan perilaku. Kami memilih berdasarkan studi-studi tadi sehingga ini merupakan studi yang berdasarkan bukti atau evidence-based,” kata Maria.

Melihat latar belakang studi, Maria menambahkan, Indonesia masih menghadapi persoalan kurang gizi yang krusial. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) 2013 menunjukkan, angka anak-anak bertubuh pendek (stunting) di Indonesia masih cukup tinggi, yakni 37 persen. Padahal, menurut Badan Kesehatan Dunia atau WHO, persoalan kesehatan yang persentasenya di atas 30 persen dikategorikan sebagai persoalan kesehatan masyarakat atau public health. Maka, kasus-kasus stunting di Indonesia merupakan persoalan public health.

“Indonesia memiliki PKH sebagai program untuk mengatasi persoalan kurang gizi yang dihadapi oleh rumah tangga miskin. Kami lalu membuat intervensi melalui Program SMS Pesan Sehat untuk mempengaruhi pengetahuan dan perilaku kesehatan rumah tangga miskin. Bagaimana dampaknya, itulah yang akan kita cari hasilnya melalui survei ini,” jelas Maria.

Peneliti Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada, Eddy Kiswanto, M.Si. menjelaskan, Program SMS Pesan Sehat saat ini masihlah tahap uji coba. Oleh karena itu, belum semua wilayah atau penerima manfaat PKH menerima layanan pesan kesehatan ini. Ada tiga wilayah yang diuji coba, yakni Pekanbaru di Riau serta Makassar dan Kabupaten Takalar di Sulawesi Selatan.

Eddy menambahkan, sebelum Program SMS Pesan Sehat digulirkan, telah dilakukan beberapa studi pendahuluan. Pada Juni 2014 misalnya, ada penelitian kualitatif. Pasca penelitian tersebut, tepatnya pda September sampai November 2014, dirancanglah isi pesan sms kesehatan. Kemudian pada Oktober sampai Desember 2014, dilakukan baseline survey dan usai survei, SMS Pesan Sehat mulai dikirimkan pada kurun Maret 2015 sampai April 2016. Terhitung ada 13 bulan program SMS Pesan Sehat dijalankan.

Rangkaian kegiatan SUKESGA 2016 yang dilakukan oleh PSKK UGM kali ini tak lain merupakan survei pengukuran terhadap program SMS Pesan Sehat. Apakah SMS yang dikirimkan berpengaruh terhadap rumah tangga penerima program? Survei ini menerapkan CAPI (Computer-assisted Personal Interviewing), yakni penggunaan tablet sebagai pengganti kuesioner. Selain itu, survei dirancang dengan randomize control trial (RCT) yang bersifat eksperimental, dengan pemilihan responden secara acak, serta adanya daerah perlakuan (treatment) dan daerah kontrol. Ada satu wilayah yang menerima program dan ada wilayah yang tidak. Kedua wilayah ini kemudian akan dilihat perbedaannya.

“Ada pengaruhnya tidak program pengiriman SMS itu? Jika sama saja maka harus dilihat lagi apakah program yang dijalankan sudah tepat atau belum. Tetapi, jika ditemukan dengan adanya SMS itu lalu ada peningkatan kesadaran untuk memeriksakan kehamilan atau mengkonsumsi pil zat besi pada ibu hamil misalnya, maka kita bisa mengukur pengaruh dari SMS itu,” jelas Eddy. [] Media Center PSKK UGM