MOTIVASI, PERSEPSI, DAN OBSESI: Migran Indonesia di Malaysia

19 April 2001 - 19:44:26 | admin

Gelombang migran Indonesia ke Malaysia bukanlah gejala mobilitas sosial yang berlangsung baru-baru ini saja. Malaysia yang dulu dikenal dengan nama Malaya sudah menjadi daerah tujuan para migran Indonesia sejak abad ke 14 (Bahrin, 1967). Kehadiran migran itu telah turut mewarnai kehidupan sosial ekonomi masyarakat Malaysia, bahkan dalam beberapa hal warna keindonesiaan itu sangat menonjol seperti yang ditemukan di negara bagian Negri Sembilan yang menunjukkan pengaruh kebudayaan Minangkabau dalam kehidupan masyarakatnya (Josselin de Jong, 1980).

Gelombang migrasi dari berbagai wilayah Indonesia tetap berlangsung sampai saat ini, meskipun dalam bentuk dan corak yang berbeda. Saat ini penduduk Indonesia yang melakukan migrasi ke Malaysia umumnya adalah para pencari kerja. Hal ini agak berbeda dengan periode sebelumnya. Yang umumnya melakukan migrasi ke negara tetangga itu dalam rangka merantau yaitu untuk mencari kehidupan atau wilayah pemukiman baru.

Di luar mereka yang telah menjadi warga negara Malaysia, diperkirakan pada saat ini terdapat lebih dari satu juta migran Indonesia di negara tersebut, dan sebagian besar bekerja sebagai buruh, dan diperkirakan sekitar 65 persen dari total pekerja di Malaysia adalah pendatang dari Indonesia.

Tulisan berikut ini mendiskusikan tentang motivasi, aspirasi dan obsesi migran Indonesia di Malaysia, berdasarkan penelitian kualitatif yang dilakukan terhadap sebanyak 30 migran Indonesia yang berdiam di Kuala Lumpur, Kota Kinabalu, dan Sarawak pada tahun 2000. Pendekatan life history digunakan untuk mendapatkan berbagai nuansa kehidupan informan sebelum dan sesudah berada di Malaysia dan obsesi mereka tentang kehidupan masa depan. Hanya informan yang lahir di Indonesia dan sudah tinggal paling sedikit 5 tahun di Malaysia yang dijadikan informan. Wawancara umumnya dilakukan di tempat tinggal atau di tempat mereka bekerja. Snow ball sampling adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan nama dan alamat informan.

Dari 30 orang informan tersebut terdapat 18 orang informan laki-laki dan 12 orang perempuan. 40 % mempunyai status izin kerja, 30 % penduduk penetap, dan 30% warga negara Malaysia. Terdapat berbagai jenis pekerjaan yang mereka geluti. Ada yang menjadi dosen, pelatih tari, dokter, pedagang, buruh, pembantu rumah tangga, pemilik restoran, supir taksi, dan pekerja serabutan. Mereka yang telah berstatus warga negara Malaysia dan penduduk penetap, umumnya membawa keluarganya ke Malaysia, sedangkan yang masih mempunyai status “izin kerja”, meninggalkan keluarga mereka di Indonesia. Kecuali migran yang berasal dari Madura dan Lombok, hampir semua informan yang ditemui berasal dari suku-suku bangsa Indonesia yang mempunyai tradisi merantau ke Malaysia seperti orang Minangkabau, Jawa, Sunda, Aceh, Bugis, dan Kerinci.


*Klik untuk mengunduh makalah: Seminar Bulanan S.300 – Sjafri Sairin | 19 April 2001