Parameter Kemiskinan: Delapan Kampung di Fakfak akan Disurvei

22 Mei 2013 | admin
Media

Yogyakarta, PSKK UGM – Masih terkait program mitra antara Pemerintah Kabupaten Fakfak, Papua Barat dengan Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan, UGM, Kamis (2/5) pukul 10.00 WIB, Drs. Abdullatief Suaeri, M.Si., M.Sc., Kepala Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Fakfak hadir dalam rapat terbatas dengan tim peneliti PSKK UGM. Saat itu, Abdullatief hadir bersama stafnya, Eksan Musaad, S.E, M.Si., Kepala Bidang Penelitian, Pengembangan, dan Statisik Bappeda Kabupaten Fakfak.

Rapat terbatas ini membahas program tentang penyusunan parameter kesejahteraan di Kabupaten Fakfak. Hadir di dalam rapat, Dr. Agus Heruanto Hadna, M.Si., Kepala PSKK UGM, Drs. Pande Made Kutanegara, M.Si., Wakil Kepala Bidang SDM dan Administrasi, Sri Purwatiningsih, S.Si., M.Kes., dan Sonyaruri Satiti, S.Si., yang tergabung dalam tim penelitian.

“Program penyusunan parameter kemiskinan ini bukan hendak menjadi kontra atau tandingan namun kita bersama memahami bahwa data Badan Pusat Statistik (BPS) tidak selalu sepenuhnya bisa digunakan untuk perencanaan dan pelaksanaan kebijakan,” ujar Made. Menurutnya, dalam penyusunan parameter ini akan ada penajaman dari angka-angka atau parameter yang telah dimiliki oleh BPS. Harapannya, parameter yang disusun mampu atau sensitif terhadap situasi dan kondisi lokalitas.

Sementara itu, Abdullatief mengatakan, jika melihat indikator, maupun parameter dari statistik, di Kabupaten Fakfak tidak ditemukan adanya kemiskinan. Tetapi, pada kenyataannya kemiskinan itu ada. Mayoritas masyarakat memiliki pendapatan dari hasil perkebunan pala. Rata-rata memililki kebun seluas 3 hektar. Seharusnya dari hasil perkebunan tersebut masyarakat mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari karena pala merupakan komoditas dengan nilai jual tinggi. Tapi, faktanya tidaklah demikian. Data mengenai jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM) serta jumlah gizi buruk pada anak balita di Kabupaten Fakfak masih cukup tinggi.

“Produktivitas kita sangat rendah di Fakfak mulai dari perkebunan, dan aspek-aspek lainnya. Ini kemudian menjadi perhatian kita juga, kalau nanti produktivitas bisa digenjot,” ujar Abdullatief.

Secara administratif, Kabupaten Fakfak masuk ke dalam wilayah Provinsi Papua Barat. Letaknya berada di daerah “leher burung” (bentuk Pulau Papua menyerupai burung .red) Papua, dengan luas wilayah sekitar 14.320 km². Kondisi topografinya pun bervariasi mulai dari pantai, dataran, pegunungan, hingga pulau-pulai kecil di sekitarnya. Oleh karena itu, tim peneliti menentukan beberapa sampling wilayah yang dipandang cukup representatif bagi Kabupaten Fakfak.

Ada delapan wilayah penelitian, antara lain wilayah transmigrasi SP VII, dan Kampung Woss di Distrik Bomberay yang mewakili daerah dataran, lalu Kampung Siboru dan Kelurahan Wagom di Distrik Fakfak Barat yang mewakili daerah perkotaan, Kampung Patipi Pasir, dan Kampung Ofi di Distrik Teluk Patipi yang mewakili daerah pantai, serta Kampung Wargeb dan Kampung Pikpik di Distrik Kramongmongga yang mewakili daerah pegunungan. Penelitian di tingkat kampung dan kelurahan akan berlangsung selama 14 hari. Sementara proses focus group discussion (FGD) dengan para stakeholder di level kabupaten akan dilaksanakan pada awal Juni. [] Media Center PSKK UGM