Mengentaskan Kemiskinan, Aspek Kependudukan Tak Bisa Ditinggalkan

06 Desember 2016 | admin
Berita PSKK, Main Slide, Media

Yogyakarta, PSKK UGM – Persoalan kemiskinan yang dihadapi oleh Indonesia, tidaklah lepas dari persoalan kependudukan. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, jumlah angota rumah tangga miskin pada September 2014 lebih tinggi (4,76) jika dibandingkan dengan rumah tangga tidak miskin (3,73). Hal itu diyakini karena rumah tangga miskin cenderung mempunyai tingkat kelahiran yang lebih tinggi.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada, Dr.soc.pol. Agus Heruanto Hadna saat memberikan kata sambutan dalam acara Seminar Kependudukan “Kebijakan Kependudukan dalam Penanggulangan Kemiskinan” yang diselenggarakan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), bekerja sama dengan PSKK UGM serta Ikatan Peminat dan Ahli Demografi Indonesia (IPADI) DIY, di Hotel Inna Garuda, Kamis (1/12).

Hadna menambahkan, meski ada tren penurunan terhadap angka kemiskinan, yakni 10,86 persen pada Maret 2016 (28,01 juta orang) dari 11,22 persen pada Maret 2015 (28,59 juta orang), kondisi kemiskinan masih banyak dialami oleh keluarga dengan anggota rumah tangga yang banyak dan atau memiliki banyak anak. Melihat hal tersebut, aspek kependudukan, terutama pengendalian pertumbuhan penduduk mau tidak mau menjadi perhatian serius pemerintah jika memang berkomitmen untuk mengentaskan kemiskinan.

“Tidak bisa dilepaskan di antara keduanya. Pertumbuhan penduduk yang terkendali menjadi salah satu hal penting dalam pembangunan manusia Indonesia, utamanya di dalam upaya-upaya mengentaskan problem kemiskinan,” tegas Hadna.

Pengendalian pertumbuhan penduduk, tambah Hadna, juga merupakan satu dari empat hal penting yang perlu diperhatikan guna mendorong pembangunan yang berwawasan kependudukan atau people-centered development. Selain kuantitas, ada persoalan kualitas penduduk. Rumah tangga miskin pada umumnya memiliki keterbatasan akses terhadap layanan pendidikan dan kesehatan. Kurangnya pemenuhan gizi bagi anak-anak, angka partisipasi sekolah yang rendah pun menjadi karaketristik umum rumah tangga miskin.

“Kuantitas penduduk, kualitas penduduk, kemudian distribusi penduduk, serta prinsip berkelanjutan atau sustainabilitas. Inilah empat hal yang mestinya menjadi dasar bagaimana pembangunan itu berjalan,” kata Hadna lagi.

Sementara itu, Deputi Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN Pusat, Ir. Ambar Rahayu, MNS dalam kesempatan yang sama juga menyampaikan tantangan besar yang dihadapi saat ini adalah bagaimana meningkatkan kepedulian serta pemahaman dari para pengambil kebijakan agar memaknai pembangunan berwawasan kependudukan; bahwa penduduk tidak hanya menjadi obyek melainkan subyek aktif di dalam pembangunan.

Terkait itu, menurut Ambar, BKKBN sudah melakukan beragam upaya baik dalam program kependudukan, keluarga berencana maupun pembangunan keluarga guna mendorong pembangunan berwawasan kependudukan. Seluruh aspek kependudukan baik kuantitas maupun penduduk terus diperhatikan dengan baik. Dalam aspek kuantitas misalnya, melalui program KB dan kesehatan reproduksi BKKBN terus meningkatkan kualitas pelayanan KB.

Upaya mendasar lainnya lagi ditujukan bagi remaja. Mengapa? Remaja merupakan calon PUS atau pasangan usia subur dalam kurun waktu 5 hingga 10 tahun ke depan. Remajalah yang akan menentukan akan seperti apa fertilitas maupun bagaimana pola penurunannya di masa yang akan datang.

BKKBN kemudian memperkenalkan sebuah program yang dikenal dengan nama Genre atau Generasi Berencana untuk mempengaruhi pola reproduksi pada remaja. Sebagai penjabaran dari tema pembangunan keluarga, Program Genre juga diharapkan mampu mendorong isu pendewasaan usia perkawinan mengingat masih tingginya angka perkawinan pada anak di beberapa wilayah.

“Program Genre mengkampanyekan pesan untuk tidak toleran terhadap perkawinan anak, tidak toleran terhadap hubungan seks pranikah, dan tidak toleran terhadap pemakaian NAPZA. Mudah-mudahan program ini bisa menjawab upaya penurunan fertilitas, sembari itu meningkatkan kualitas penduduknya,” kata Ambar. [] Media Center PSKK UGM.