KB Pria Terkendala Keterbatasan Informasi dan Pilihan

05 Oktober 2012 | admin
Kegiatan, Seminar

Disampaikan oleh Peneliti PSKK UGM, Issac Tri Oktaviatie, mayoritas laki-laki mengaku sedikit menerima sosialisasi Keluarga Berencana (KB) dan layanan kontrasepsi. “Informasi KB Pria justru dipengaruhi persepsi individu dan sosio-kultural yang lebih dikaitkan dengan pencitraan negatif dari alat-alat kontrasepsi tersebut. Inilah yang membuat laki-laki enggan ikut KB,” papar Issac, Jumat (24/2).

Bertindak sebagai narasumber Diskusi Gender dan Pemberdayaan bertema “KB Pria di Indonesia: Program Setengah Hati” di Gedung Masri Singarimbun, PSKK UGM, Isaac menjabarkan faktor-faktor penghambat kesuksesan KB Pria. Secara umum laki-laki menganggap pemakaian alat kontrasepsi merupakan tanggung jawab perempuan karena perempuanlah yang hamil dan melahirkan. Ada pula yang beranggapan bahwa penggunaan kondom identik dengan predikat tidak bermoral. Vasektomi pun dianggap mengurangi kekuatan pria secara fisik dan seksual.

Metode kontrasepsi pria pun terbatas pada vasektomi dan kondom saja. Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, persentase penggunaan kondom hanya 1,3 persen. Vasektomi pun kurang peminat dengan jumlah akseptor yang tidak pernah mencapai 1 persen sejak tahun 1991.

Pilihan alat kontrasepsi pria, lanjut Issac, sebenarnya dapat dengan metode hormonal. Beberapa riset kedokteran dan penelitian uji klinis menemukan kontrasepsi hormonal berupa suntikan menggunakan testosterone undecanoate (TU) dengan depomedroxyprogresterone acetate (DMPA).

Menurut Kepala Seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Provinsi DIY, dr. Anung Trihadi, cara kontrasepsi ini dapat dijadikan alternatif. “Namun kebijakan metode suntik hormon belum digulirkan oleh pemerintah sehingga masih diperlukan kajian lebih lanjut,” ujarnya.

Pembentukan perkumpulan akseptor KB pria di daerah-daerah dinilai amat penting sebagai motor penggerak. Dalam hal ini, peran pemerintah untuk mendukung kegiatan perkumpulan itu juga diperlukan sehingga sosialisasi materi, alat, dan manfaat KB pria dapat lebih tepat sasaran dan efektif di kalangan masyarakat.