HAL HILL: 2050, Indonesia Diproyeksikan Jadi Negara Terbesar Keempat Dunia

06 October 2015 | admin
Berita PSKK, Events, Media, Seminar

Yogyakarta, PSKK UGM – Negara-negara besar yang tergolong maju saat ini belum tentu akan sama majunya di masa yang akan datang. Pakar ekonomi dari Crawford School of Public Policy, Australian National University, Prof. Hal Hill mengatakan, pusat daya tarik dunia mulai bergerak dari kawasan Laut Atlantik ke kawasan Asia Pasifik.

Hal itu sejalan dengan proyeksi “The World in 2050” yang dirilis oleh PricewaterhouseCoopers beberapa waktu lalu. Proyeksi tersebut mengatakan, lima negara yang diproyeksikan menjadi negara terbesar, antara lain China, India, Amerika Serikat, Indonesia, dan Brasil. Tiga di antaranya berada di kawasan Asia.

Berdasarkan produk domestik bruto (GDP) dengan perhitungan keseimbangan kemampuan berbelanja (PPP) per kapita, China pada 2014, kemudian pada 2030 sampai 2050 akan tetap berada di urutan pertama. India dari urutan ketiga, akan naik dan bertukar posisi dengan Amerika Serikat yang berada di urutan kedua. Untuk Indonesia, diproyeksikan akan mengalami kenaikan sangat signifikan, yakni dari urutan kesembilan menjadi keempat dunia. Sementara Brasil naik dua peringkat, dari urutan ketujuh pada 2014 menjadi urutan kelima pada 2050. (klik grafik)

Selain itu, dalam Seminar “PEMBANGUNAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEPENDUDUKAN DI INDONESIA: Prospek dan Tantangannya Pada Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM, Kamis (17/9) lalu, Hill juga memaparkan tentang bagaimana perubahan daya tarik ekonomi dunia sejalan juga dengan kemajuan ekonomi yang dialami oleh negara-negara di Asia Tenggara.

Salah satu laporan World Bank, yakni Growth Commission Report menampilkan negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat, yakni lebih dari 7 persen selama sedikitnya 10 tahun (rapid sustained growth). Menurut perhitungan itu, selama 100 tahun hanya ada 13 negara dengan kemajuan yang pesat atau di bawah 10 persen dari jumlah 150 negara. Indonesia masuk di dalam “kelompok istimewa” ini. (klik grafik)

“Yang menarik adalah hampir semua negara di dalam kelompok tersebut berasal dari wilayah Asia. Dari Asia Timur, misalnya China, Hong Kong, Jepang, Korea, dan Taiwan. Sementara Asia Tenggara, misalnya Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand,” kata Hill.

Hill kembali menjelaskan, definisi kemajuan Asia Tenggara juga bisa dinilai dari rasio pendapatan per kapita setiap negara yang dibandingkan dengan negara paling maju, dalam hal ini Amerika Serikat. Pendapatan per kapita yang dilihat, yakni selama 63 tahun, mulai 1950 sampai 2013. Hasilnya, Singapura merupakan negara di Asia Tenggara yang mampu mengejar ketertingalannya dengan sangat cepat, bahkan melampaui Hong Kong, Taiwan, Jepang, dan Korea Selatan.

“Indonesia juga mulai mengejar. Kita tahu, pada tahun 1960-an, Indonesia sangat miskin namun mampu bangkit maju. Yang tidak maju menurut ukuran ini adalah Filipina karena selama lebih dari 60 tahun mengalami kemiskinan, jika dibandingkan dengan Amerika. Banglades dan Kamboja juga demikian,” kata Hill lagi.

Definisi kemajuan Asia Tenggara berikutnya adalah jumlah atau rasio kemiskinan. Bagi Hill, ini adalah indikator yang paling penting. Apa artinya pendapatan GDP negara yang tinggi jika sebetulnya masih banyak masyarakat yang mengalami kemiskinan? Maka, definisi kemajuan yang terpenting adalah berapa rasio kemiskinan suatu negara. Rata-rata rasio kemiskinan negara-negara Asia Tenggara cenderung mengalami penurunan. Ini sejalan juga dengan naiknya rata-rata lamanya bersekolah atau average years of total schooling di negara-negara Asia Tenggara.

Meski secara umum mengalami kemajuan, di antara negara-negara Asia Tenggara juga ada banyak perbedaan. Sebagai contoh, pendapatan per kapita negara. Di Asia Tenggara, negara yang paling kaya adalah Singapura, sementara yang paling miskin adalah Myanmar. Pendapatan per kapita Singapore masih 50 kali lebih tinggi daripada pendapatan per kapita Myanmar.

“Sangat beragam ya, perbedaan di dalam negara-negara ASEAN. Perbedaan ini bahkan jauh lebih besar dibandingkan dengan perbedaan di antara negara-negara Eropa, Amerika, dan lain-lain,” jelas Hill. [] Media Center PSKK UGM.

*Lihat juga: Arsip Video | Seminar Paper | Siaran Pers